DANGER !!
Virus Menjamah Kampus
Covid atau Tercovidkan?
Rizky Ahmad Fahrezi
Baca sampai habis…..
“Wabah virus corona semakin menggila, tetap patuhi Protokol kesehatan.” Begitulah gaungan yang sering kita dengar dalam kurun waktu setahun terakhir ini. Virus corona memang momok yang sangat nyata bagi seluruh hiruk pikuk dunia ini, betapa corona meluluh lantakkan seluruh sistem sehingga menyebabkan berbagai bidang kehidupan harus menghadapi cobaan yang sesungguhnya. Dilihat dari sudut pandang utilitas yang disebabkan oleh suatu bencana, sejatinya dapat disimpulkan bahwa pandemi merupakan tolak ukur tingkat kesiapan dan tingkat kemajuan suatu sistem dunia atau negara (peradaban). Indonesia merupakan salah satu negara yang paling terdampak oleh meluasnya penyebaran virus ini, bisa dilihat bagaimana seluruh aspek mengalami keteteran dan kelabaan yang luar biasa dalam menghadapi situasi genting ini. Politik, ekonomi, industry, lingkungan hidup, kemanusiaan, sosial budaya dan juga pendidikan.
Sebulan terakhir ini penyebaran virus corona semakin membabi buta. Selasa 1/12, kasus positif corona dikonfirmasi sebanyak 5.092, berlanjut hari demi hari dengan penambahan rata-rata 1000 kasus perharinya, mirisnya angka kesembuhan yang tidak stabil dan cenderung tidak begitu mengalami perubahan secara signifikan. Hingga saat ini pada Selasa 29/12, dikonfirmasi kasus penambahan orang terjangkit virus sebanyak 7.903 dengan konfirmasi sembuh sebanyak 6.805 orang. Dengan data ini tergambar bahwa kondisi Indonesia tidak sedang baik-baik saja, dimana upaya penanggulangan yang telah dilakukan beberapa bulan terkahir seperti kurang membuahkan hasil.
Virus corona ini layaknya sebuah bom yang diletupkan pada hamparan sabana yang penuh dengan sumber daya, sehingga menyebabkan matinya sumber kehidupan bagi seluruh makhluk di sabana tersebut. Dengan dampaknya yang begitu besar ini, tidak ada satupun sendi yang tidak tersentuh oleh dahsyatnya dampak yang dibawa virus ini. Tak ubahnya juga berdampak pada mahasiswa yang merujuk pada surat edaran Mendikbud RI Nomor 3 tahun 2020 tentang pencegahan covid-19 pada satuan pendidikan, yang menyebabkan mahasiswa melakukan kegiatan pembelajaran daring di rumah. Banyak kelembagaan perguruan tinggi yang sudah terjamah oleh dampak virus ini baik secara langsung dengan ditemukannya kasus positif di dalam birokrat kampus, maupun secara tidak langsung dari pengaruh penetapan status zona dalam daerah tersebut.
Fenomena Virus yang telah menjamah kampus kian semakin marak, dikarenakan memang kampus ibarat pusat peradaban keilmuwan disuatu daerah, sehingga Kemenkes RI lewat penyampaian dari Kirana Pritasari selaku Direktur Jendral Kesehatan Masyarakat dalam webinar Kampus Sehat, memandatkan untuk membentuk Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 di dalam kampus untuk mencegah penyebaran virus yang semakin luas. Satgas ini berperan untuk membelenggu dan menetralisasi virus dalam lingkup internal kampus.
Minggu 27/12, telah dikonfirmasi satu kasus positif oleh Satgas Covid-19 Kampus IAIN Tulungagung, dan diketahui dari salah satu tenaga pengajar, ehingga segala aktivitas di dalam kampus baik yang melibatkan mahasiswa maupun pegawainya ditiadakan sementara. Untuk kegiatan mahasiswa yang menyangkut acara maupun akomodasi ditiadakan selama kurang lebih 3 bulan. Untuk para pegawai ditetapkan kebijakan bekerja dari rumah sampai kurun waktu yang belum diketahui. Setelah itu dilakukan sterilisasi secara berkala di seluruh ruang perkantoran. Serangkai upaya ini ditujukan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona.
Diketahui bahwa kampus IAIN Tulungagung menawarkan salah satu fasilitasnya yaitu Rusunawa kepada Satgas penanganan covid Kabupaten Tulungagung untuk dijadikan tempat karantina pasien Covid-19 dengan puluhan kapasitas tempat tidur. Beberapa minggu terakhir diketahui bahwa jumlah penambahan kasus pasien positif virus corona di Tulungagung mengalami lonjakan yang luar biasa, sehingga menyebabkan Rusunawa menjadi overload. Kabupaten Tulungagung seketika itu berubah status menjadi zona merah. Dengan lonjakan seperti itu bisa dipastikan bahwa penyebaran virus akan segera menjamah area kampus, sehingga pengetatan protocol kesehatan semakin digalakkan oleh satgas dan staf keamanan kampus IAIN Tulungagung, seperti kebijakan wajib memakai masker yang sesuai standart anjuran, wajib cuci tangan hingga pengondisian terkait siapapun yang keluar masuk kampus harus memiliki perizinan khusus.
Kembali ke pembahasan dikonfirmasinya kasus positif virus corona di area kampus, apabila kita telisik lebih dalam mengenai fenomena ini, sehingga menimbulkan sedikit pertanyaan. Apakah kampus sekarang sudah tidak aman dan berubah mengerikan? Bagaimana dampak terburuk bagi kampus dari rantai penyebaran virus yang dinilai sangat cepat? Bagaimana kita menilik dan mengupas fenomena Covid dari sudut pandang hubungan dengan isu-isu lain? Bagaimana akhir-akhir ini virus menampar para public figure atau seorang tokoh yang berpengaruh? Apakah ini fenomena Covid atau ter-Covidkan?. Seperti itulah pertanyaan yang sering saya dengar dan selalu terngiang-ngiang di kepala saya, dan membuat saya gelisah.
Kita bahas lebih awal lagi mengenai virus dahsyat ini. Virus corona merupakan suatu kenyataan alam atas fenomena lingkungan dengan segala keluasan dan kebergamannya. “Virus Corona nyata adanya !’’ kenapa saya berkata demikian dengan akhiran tanda seru, ya memang banyak kalangan orang yang menganggap dan berargumen tentang keberadaan virus ini merupakan konspirasi atau settingan belaka oleh para pelaku sandiwara perduniawian. Dampak virus ini nyata dirasakan oleh serangkat organ tubuh kita apabila kita terjangkit, seperti perkataan dari bapak Mardigu wowiek yang menyatakan bahwa corona mempengaruhi sirkulasi oksigen yang keluar masuk dari tubuh, tolak ukurnya yaitu analisa terhadap beban kandungan paru-paru manusia yang menerima oksigen masuk pada normalnya berskala 95%, dan ditemukan bahwa pasien penderita covid memiliki kandungan oksigen masuk ke paru-paru hanya sebesar 80% atau bahkan lebih rendah lagi. Paru-paru adalah pusat pengontrolan oksigen di tubuh manusia, ibarat Main office dari sebuah perusahaan, sehingga apabila paru-paru minim oksigen maka oksigen yang disuplai ke organ lain juga akan berkurang, jika paru-paru rusak maka organ lainpun demikian.
Apakah kampus berubah menjadi tempat yang mengerikan? Jawabannya adalah tidak, selama seluruh komponen masyarakat dan khususnya mahasiswa kita sebagai mahasiswa harus senantiasa mengupayakan yang terbaik demi kondisi yang kondusif, sehat dan terbebas dari virus dengan mematuhi protokol kesehatan dan mematuhi segala himbauan lembaga yang lebih berwenang, dalam situasi seperti ini kampus memang perlu pengistirahatan dan penetralan sementara. Upaya dalam memutus mata rantai penyebaran virus harus segera digalakkan oleh seluruh komponen tersebut karena diketahui penularan virus yang sangat luar biasa gampangnya, sehingga kemungkinan terburuk tidak akan pernah kita alami bersama.
Bagaimana isu terkait covid 19? Bagaimana akhir-akhir ini virus seakan semakin eksis dengan menjangkiti sejumlah public figure atau tokoh yang berpengaruh?. Nah…. Untuk kali ini saya memaparkan anggapan bahwa memang terdapat seorang Main actor atau pemain utama yang bermain dibalik semua ini. Virus corona benar adanya seperti statement saya diawal tadi hanya saja ada pemain utama dibalik semua fenomena ini, bukannya saya setuju dengan teori konspirasi, tapi pemaparan kali ini sedikit membuka pemikiran kita dan membuka seluas-luasnya untuk ruang berdikusi. Rabu 2/12, seorang pengamat geopolitik dunia memaparkan bahwa virus corona merupakan sebuah Political Tool (Alat Politik) oleh para elite global. Berdasar penelitiannya memaparkan bahwa terdapat 100 industri farmasi yang diuntungkan oleh mewabahnya pandemi ini. Penggambarannya dimana disaat pandemi melanda, mereka seakan sudah mempersiapkan segala obat berupa multivitamin dan antibody yang tiba-tiba siap sedia dan siap pakai, seakan-akan mereka sudah tahu bahwa pandemic ini akan lama melanda. Bisa dibayangkan kepanikan masyarakat yang menggila akibat Blow Up media secara besar-besaran tentang bahayanya pandemi ini, BOOM kemudian masyarakat berbondong-bondong membeli multivitamin tersebut, bisa dibayangkan keuntungannya…., Hmm seakan seperti mega proyek. Terlebih lagi istilah Blow Up media seperti tak ada henti ketika proses vaksinasi akan segera dilakukan, media kembali mengangkat virus corona dengan segala kengeriannya dan menyatakan vaksin adalah salah satu jalan keluar, BOOM siapa yang diuntungkan. Menilik lebih jauh dasar dari Stattement ini adalah pada kebenarannya obat dari virus corona bisa didapatkan lebih mudah dan murah dengan menggunakan metode terapi plasma darah, berita ini sempoat diangkat namun kemudian tak bertahan lama dan ditenggelamkan seakan tidak ada solusi lain. Ditambah lagi menjelang proses vaksinasi mendatang terdapat Blow Up mengenai fenomena artis atau publik figure yang terkena covid, seperti Donald Trump, Andy Cohen, Bon Jovi, Harvey Weinsten, Cristiano Ronaldo. Dari Indonesia ada Anies Baswedan, Dr. Tirta, Budi Karya Sumadi, Jend. Purn. Fachrul Rozi dan masih banyak lagi, serta terkesan serentak. Hmmm bagaimana menurut anda….
Covid atau ter-Covidkan?. Kalimat pertanyaan ini sempat menjadi booming tersendiri, dikarenakan seakan berhubungan dengan teori Main Actor tadi. Sedikit saya luruskan bahwasanya Covud-19 adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus Corona dimana pada fokus utamanya menyerang sistem pernapasan. Penderita Covid adalah seseorang yang terjangkit oleh virus ini dari hasil beberapa proses tes seperti Rapid dan PCR Swab.
Istilah ter-Covidkan adalah pernyataan khusus terkait penyebutan status terhadap seseorang yang telah dinyatakan positif Covid-19 oleh lembaga yang berwanang maupun oleh kebanyakan orang. Dalan Wikipedia Bahasa Indonesia disebutkan bahwa makna kata awalan Ter- memiliki fungsi membentuk kata kerja pasif yang tidak bisa diubah menjadi kata kerja aktif, artinya kata Ter- merupakan suatu kerja yang dialami atau dikerjakan seseorang karena penyebutan dari orang lain. Nah… dari sini pernyataan ter-Covidkan berarti seorang yang dinyatakan terjangkit virus corona oleh pernyataan orang lain. Jadi apabila kita mengatakan seseorang terkena covid maka kita juga memvonis seseorang tersebut telah ter-Covidkan. Jadi jangan salah paham dulu…hehe. Apabila dihubungkan dengan teori Main actor tadi yaa boleh-boleh saja, silahkan….. tapi jangan sampai terlewat batas…!!
Sebagai penutup pada pembahasan artikel kali ini. Pesan untuk kita sebagai mahasiswa yang merupakan agen perubahan dana gen pengontrol, kita tidak boleh menutup mata dan acuh dengan fenomena dahsyat ini. Mahasiswa harus melakukan perubahan dan bertugas sebagai pemimpin serta garda terdepan dalam setiap upaya menderdaskan masyarakat. Dalam situasi pandemi ini mahasiswa dapat memanfaatkan media sosial untuk bersama-sama berkonsolidasi, beraliansi, dan berpartisipasi dalam menggalakkan himbauan mematuhi protokol kesehatan dan mengajak masyarakat untuk hidup cerdas dan patuh terhadap himbauan tersebut. Membudayakan hidup sehat jasmani dan rohani, menggalang donasi yang ditujukan kepada yang membutuhkan ditengah pandemic, serta mahasiswa dapat terjun langsung menjadi relawan Satgas Covid-19. Mari sama-sama segera diupayakan dan di galakkan wahai saudaraku semua, agar kemajuan bukanlah sekedar pengiring lamunan. Semoga kita senantiasa dianugrahi kesehatan, barokah, manfaat dan maslahah ….. Amiiiiiin.
SEKIAN TERIMAKASIH……
0 Comments