Virus Varian Baru Merajalela !! Virus Asian Hate Hingga Virus Kebencian di Lingkungan Kemahasiswaan.

 

Virus Varian Baru Merajalela !!

Virus Asian Hate Hingga Virus Kebencian di Lingkungan Kemahasiswaan

Rizky Ahmad Fahrezi


source gambar : https://www.google.com/theconversation/
 

Pandemi covid-19 merupakan fenomena sekaligus dilema besar-besaran yang dirasakan masyarakat sedunia, entah terlepas bagaimana latar belakanag penyebabnya, pandemi ini telah menciptakan beragam faksi atau klas dengan beragam motif tujuan dan dampak yang diberikan, lebih gampangnya kita sebut saja klas sengsara dank klas yang jingkrak-jingkrak bergelimang harta. Pandemi adalah ajang bermain oleh beragam kepentingan, fenomena ini adalah momen keemasan bagi klas jingkrak-jingkrak dalam melebarkan sayap perindustrian, tidak main-main, dunia bahkan dibuat nurut oleh permaian catur mereka, dengan sistem kapitalistik yang dimainkan oleh the big actor atau sistem satu muara permainan oleh berbagai power kelembagaan dunia. Bagi klas yang disengsarakan, boro-boro mau nyari keuntungan dengan memanfaatkan situasi, mau mencukupi anak istri saja susahnya bukan main, mau bikin nasi goreng saja dibentak-bentak, mau jualan punten sama onde-onde saja di diteriakin pakai toak, mau ziarah saja di sidak, saat mall dan perindustrian lain dibuka kok tidak ada galak-galak, kalau berlarut-larut ini namanya lawak !

Prahara covid-19 dengan segala intrik perhelatannya, kalau kita membahas mengenai the big power dari negara-negara adidaya yang terlibat, dapat dipastikan tidak akan terlepas dari dua negara ikonik yaitu Amerika dan Tiongkok. Ketegangan antara dua negara besar tersebut seperti tak akan ada habisnya, mereka berlomba untuk mengisi segala poros, sendi, dinamika, tempo, dan irama perjalanan dunia, apabila di satu sisi telah berhasil mencapai kegemilangan maka satu sisi yang lain tak akan mau kalah untuk mencapai kegemilangan serupa, fenomena ini terjadi terus menerus dan tak ada matinya.  Dua sumbu pusat dunia tersebut saling beradu bahkan saling menjatuhkan satu sama lain, dengan mempersiapkan beragam serangan fisik maupun non-fisik yang kapan saja bisa terhunus dan boom tinggal menarik pelatuk, serangan-serangan berupa penciptaan isu yang ditujukan untuk menggiring opini publik dengan mengkambing hitamkan salah satu pihak, saling pukul, saling tampol, saling tabrak dan saling semprong. Perhelatan kontestasi dua negara adidaya tersebut sangat berdampak bagi ritme semua negara, dua negara yang memainkan komposisi panggung besar pentas dunia, mereka mempunyai segala alat politik dan property yang telah memiliki kekuatan di bidang masing-masing, dimana alat tersebut telah mencengkeram berbagai sektor dunia dengan mengatas namakan penaungan persemakmuran bahkan kemanusiaan. Dapat disimpulkan bahwa seluruh fenoma, situasi, kondisi, dan prahara yang terjadi dewasa ini adalah bagian dari panggung besar tersebut.

Seperti yang telah diketahui, pandemi tidak kunjung usai dengan beragam spekulasi yang menyatakan bahwa terdapat virus varian baru atau virus-virus tersebut beranak pinak menjadi lebih trengginas (mutasi). Virus-virus ini seakan tidak mau kehilangan ketenaran dan senantiasa eksis di manapun bak publik figur yang mengemis sensasi demi sebuah  job. Dikala vaksin sudah mencapai titik terang untuk digunakan dan menjadi harapan utama dalam melepas seluruh penderitaan ibarat angin segar yang menyapa daratan gersang, semua harapan tersebut sirna dikala pemberitaan kembali mengangkat dan menaikkan level kekuatan virus sehingga layak untuk kembali berpentas di kancah panggung besar elite dunia. Apa yang diupayakan mati-matian selama ini, seperti upaya pembatasan sosial, lockdown dan penggalakan protokol kesehatan, terkesan sia-sia hanya membuang-buang waktu dan biaya, virus-virus kok makin nyeleneh saja tidak ada nurut-nurutnya, malah makin menjadi-jadi, ada apa sebenarnya dibalik ini semua!. Mungkin istilah  dalam dunia perfilman superhero yaitu the big villain atau musuh utama kemanusiaan memang benar nyata adanya di tengah-tengah kita selama ini. Mereka memainkan pentas teater kelas kakap di panggung yang mereka ciptakan, menancapkan politik kepentingan dan menggiring opini publik bahkan dunia untuk saling menyalahkan dan berperang satu sama lain. Tanpa kita sadari sebenarnya bahwa virus varian baru yang nyata menjadi ancaman dan mokok yang lebih ngeri bagi kita semua adalah virus kebencian yang sengaja diciptakan untuk memojokkan klas tertentu, menindas klas tertentu dan meraih keuntungan untuk klas tertentu. Virus kebencian ini telah merambah dalam segala sektor bahkan sampai merasuk dalam lingkungan kemahasiswaan. Sebagai mahasiswa kita harus menyadari dan menyikapi seluruh huru-hara ini dengan bijak dan cerdas!. Untuk pembahasan lebih lanjut mari kita bahas virus-virus kebencian dan pelecehan rasial yang terjadi belakangan ini.

Tempo ini, kita digegerkan dengan fenomena diskriminasi rasial yang terjadi di negara bagian barat. Berbagai tindak kekerasan yang dilatarbelakangi oleh perbedaan warna kulit dan ras. Beberapa waktu yang lalu ramai terjadi fenomena diskriminasi terhadap kaum kulit hitam di Amerika, puncaknya kekerasan yang di terima oleh George Floyd oleh polisi sektor Minneapolis yang mengakibatkan kematiannya. Fenomena sentimental ini terus menerus terjadi hingga kali ini ras Asia yang dikambing hitamkan pebagai masyarakat penyusup, pengganggu, dan biang keonaran dari seluruh polemik dunia terkhusus Amerika. Tak terlepas dari prahara pandemi, bangsa asia kerap dianggap dan dikambing hitamkan sebagai pencipta dan penyebar virus covid-19. Sentimen terhadap bangsa Asia ini terjadi bermula ketika Presiden Amerika Serikat yang ke-45 Donald J. Trump, memberikan pernyataan bahwa pandemi covid-19 adalah virus yang berasal dari China dan menyalahkan China sebagai biang keladi dibalik pandemi ‘’China Virus” atau “Kung flu’’, pernyataan tersebut tentunya menyulut dan memprovokasi sebagian masyarakan Amerika sehingga terus-menerus memunculkan prasangka dan stigma negatif terhadap bangsa Asia. Pada puncaknya stigma negatif tersebut menimbulkan berbagai perilaku kekerasan dan diskriminatif yang diterima oleh seluruh masyarakat Asia yang tinggal di negara-negara barat terkhusus Amerika.

Pelecehan dan kekerasan rasial tersebut telah dilaporkan terjadi sebanyak 3795 kasus dalam kurun waktu satu tahun terakhir, dengan 500 insiden telah dilaporkan dalan kurun Januari sampai Februari 2021, klasifikasi kejadian tersebut terdiri atas pelecehan verbal dan fisik. Situasi ini sangatlah genting dan tidak dapat dibiarkan, hal ini merupakan ancaman tingkat tinggi yang mengakibatkan terpojoknya ras Asia di Amerika bahkan sampai terjadi beberapa kasus kematian. Kasus-kasus yang terjadi beberapa kurun waktu lalu, seperti kasus kekerasan yang dialami oleh beberapa pejalan kaki yang didorong begitu keras oleh oknum anti-Asia, oknum tersebut menargetkan kaum-kaum lemah ras Asia seperi masyrakat usia rentan dan wanita, kejadian pendorongan tersebut terjadi di Sanfansisco pada 28 Januari 2021 lalu yang  dialami oleh seorang keturuan Asia berusia 84 tahun yang didorong hingga tersungkur hingga meninggal beberapa waktu kemudian, kejadian serupa dialami oleh seorang kakek berudia 91 tahun yang berjalan di sekitar Pecinan Oakland. Kasus sentiment anti Asia ini terus menerus terjadi dengan beragam bentuk lain seperti perampokan terhadap sejumlah pedagang keturunan Asia, pemukulan di Korea Town diiringi dengan teriakan pelaku yang berbunyi ‘’Kamu pengidap virus China, kembalilah ke asalmu’’, dan penikaman di New York serta puncaknya terjadi penembakan terhadap 8 orang di Atlanta dengan 6 orang terindikasi keturunan Asia. Bisa dibayangkan betapa mengerikan dan ngerinya situasi yang dialami ras keturunan Asia di Amerika, hal ini mengakibatkan warga negara Indonesia termasuk generasi-generasi emas bangsa yang mengenyam studi di sana juga ikut terancam dan sangat perlu penyikapan khusus (perlindungan), oleh karena itu kita tidak bisa tinggal diam dan hanya menonton keramaian huru-hara ini pada layar kaca televisi, bergerak bersama-sama menyikapi, setidaknya ikut melakukan pengecaman terhadap prahara ini serta mengkampanyekan pentingnya menjunjungtinggi nilai kemanusiaan #StopAsianHate.

Mahasiswa adalah garda terdepan dalam mengekspresikan gimik dan tuntutan seluruh rakyat yang merasakan bagaimana berjalannya suatu sistem kenegaraan. Mahasiswa adalah agen dari segala agen, tidak hanya agent of change dan agent of control, tetapi agent of live dan agent of truth (agen kebenaran). Peran mahasiswa sebegitu vitalnya sebagai pembawa rombakan baru nahkoda bangsa sehingga di lingkungan manapun mahasiswa berada, lingkungan tersebut ibarat miniatur negara. Sebagai penggerak miniatur negara, tentunya mahasiswa memiliki kepekaan saraf sensorik yang sangat mumpuni, kepekaan dalam menyikapi segala fenomena yang terjadi dan memberikan penyikapan terhadap keberlangsungan kemakmuran rakyat dan bangsa. Sebagai penggerak miniatur negara, mahasiswa juga merasakan apa yang dirasakan oleh negara dan dunia, mengenai ujaran kebencian yang terjadi di dunia Barat, ibarat sentilan bahkan tamparan bagi mahasiswa untuk memberikan penyikapan dan analisa kondisi, terkhusus juga bagaimana ujaran kebencian menjamah dalam lingkungan kemahasiswaan.

Ujaran kebencian dalam lingkungan mahasiswa merupakan bentuk kemunduran yang nyata, ujaran kebencian tersebut tercetak dalam berbagai bentuk dan latar belakang. Ujaran kebencian tersampaikan dalam berbagai motif untuk saling menjatuhkan satu sama lain, yang di latar belakangi ketidak dewasaan dalam organisasi, jiwa baperisasi yang tinggi, sakit hati, atau ambisi tinggi yang ngebet untuk dikejar. Para pelaku berwujud single fighter maupun golongan yang kemudian menjatuhkan dan memperolok individu lain atau golongan lain. Bentuk ketidak dewasaan disini adalah bagaimana permasalahan yang sudah dituntaskan kembali diperajang dalam panggung kontestasi, ini membuang-buang waktu !. Kita telah memahami bahwa kontestasi adalah prahara wajar bagi setiap individu atau golongan, dan setelah semua itu terselesaikan maka tidak boleh ada sebuah bentuk pembelotan tanpa dasar dan otak yang sehat. Bahkan semua golongan yang telah terlibat nyata mengatur dinamika kemahasiswaan tidak membenarkan dan tidak mengajarkan tentang adanya perbuatan menghina, olok-olok bahkan mejatuhkan individu atau golongan lain, sehingga siapapun yang melakukan perbuatan tersebut dipastikan adalah oknum penggerogot penuh ambisi dan pencitraan. Muara permasalahan seperti itu digunakan untuk memupuk pencitraan dalam diri atau golongannya sendiri dengan cara menjatuhkan individu atau golongan lain, what’s wrong with you bro !. Sudah bukan sepantasnya kedewasaan dalam menjadi agent of truth diperkotor oleh perbuatan memantik kebencian. Sudah norak, ndeso, dan memalukan !.

Perlu kita sadari, seperti pembahasan mengenai fenomena anti Asia diatas, bahwa virus varian baru yang dianggap sebagai ancaman utama dunia saat ini adalah virus kebencian, kebencian adalah the real big villain yang harus diberantas oleh sekelompok superhero, mahasiswa adalah the real superhero !. Mahasiswa adalah agen yang akan merubah semua kondisi tersebut dan menciptakan kedewasaan, kecerdasan dan kemakmuran bagi segala sektor kemahasiswaan, kenegaraan dan kebangsaan. Alagkah baiknya sebuah proses dinimati dan diperbaiki bersama-dalam bingkai kekeluargaan dan kerukunan antar sesama mahasiswa, meraih tujuan bersama-sama, suasah senang bersama-sama, betapa indahnya semua itu apabila terealisasi, coba bayangkan. Oleh karena itu, memberantas virus kebencian adalah sebuah keniscayaan, agar kata kemajuan bukan hanya sekedar pengiring lamunan !! wish you victory!!.

 

 

Post a Comment

0 Comments