Sang Maestro #2. Membulatkan Tekad Generasi New Mind. Mahasiswa untuk Perubahan, Mahasiswa untuk Pembebasan.

 

Sang Maestro #2

Membulatkan Tekad Generasi New Mind

Mahasiswa untuk Perubahan, Mahasiswa untuk Pembebasan

Rizky Ahmad Fahrezi


 
Source gambar : http://aryosangpenggoda.blogspot.com/

            Sebagaimana pembahasan kita diawal mengenai gelar maestro yang tersematkan pada pundak mahasiswa. Maestro adalah sebutan kebesaran bagi suatu elemen yang telah ditetapkan, sekaligus sebagai penguasa elemen tersebut, yang pada umumnya kita kenal dalam dunia musik atau opera. Tetapi kita ambil kata kebesaran dan ketangguhan tersebut memanglah layak dan benar untuk tersematkan pada mahasiswa !!. Mahasiswa memiliki kebesaran tersendiri dalam wilayah yang memang sudah menjadi mutlak adanya sebagai wadah untuk memimpin, mengelola, dan membangun daya dobrak atau kekuatan tersendiri. Wilayah tersebut adalah suatu bentuk konkrit wewenang dari mahasiswa untuk menggerakkannya tanpa diintervensi oleh pihak manapun bahkan oleh pemerintah. Pergerakan ini yang kemudian menjadi daya dobrak dan kekuatan tersendiri dalam menata dan ikut serta berperan dalam segala permasalahan masyarakat, lingkungan, bangsa, dan negara. Kekuatan ini sangat besar ! dan kita perlu menyadarinya. Kesadaran ini terlebih dahulu dimiliki oleh para penguasa negeri, sehingga mereka sebenarnya takut akan kekuatan besar ini, karena maestro bangsa bukan tersemat pada diri mereka, melainkan tersemat pada pundak dan tergenggam erat oleh tanga-tangan mahasiswa.

            Pada pembahasan sebelumnya sudah berulang kali kita mengupas terkait kesadaran yang harus kita munculkan. Kali ini adalah saatnya membulatkan tekad dan merancang pemetaan. Tekad adalah suatu kehendak dan kemauan keras untuk mencapai suatu tujuan. Tekad yang kuat merupakan ciri pribadi seseorang yang tangguh dan cerdas, tanpa adanya tekad keras maka ada dikala seseorang akan jatuh tenggelam dalam jurang kegagalan. Mahasiswa adalah figur yang tangguh, ketangguhan ini harus dimiliki oleh setiap mahasiswa sebagai fitrahnya dalam menjalankan peran bagi kehidupan. Oleh karenanya tekad merupakan suatu hal yang harus dimiliki, dan tidak hanya itu tekad harus dibulatkan (dipadatkan) agar tak akan pernah goyah dikala prahara yang dihadapi semakin kompleks dan rumit, ibarat bola bowling yang akan keras menghantam daripada bola plastik 5000 an yang aka kempes sebelum menemui rintangan.

            Kemauan atau tekad yang harus dimunculkan pertama kali, adalah tekad untuk berproses dan menjadi lebih baik. Kemauan ini  adalah hal yang wajar dan dasar bagi setiap orang yang memiliki impian, tapi sebagai mahasiswa tekad ini harus lebih ulet dan getol. Sebagai tekad yang bersifat paling dasar, tentunya sangat wajib dimiliki oleh kaum terpelajar seperti mahasiswa, kerugian nyata adanya dikala kemauan untuk berproses tersebut luntur, mandek ditengah jalan, atau bahkan tidak pernah muncul sama sekali. Berbagai permasalahan yang sekiranya dirasa menjadi penghambat keberlanjutan tekad tersebut, harus segera diatasi dan disikapi dengan penuh kedewasaan. Sebut saja sering kita temui kasus mahasiswa yang merasa salah jurusan, sehingga dia menjadi patah arah dan putus asa untuk mengikuti seluruh prosesnya dibangku perkuliahan, permasalahan ini tentunya bukan merupakan hambatan besar yang harus menjadikan terhentinya semangat kita untuk berproses, justru ini merupakan warna baru yang kemudian menjadikan kita lebih pintar berimprovisasi dalam setiap kondisi, memiliki pemirika yang lebih tajam,  dan memiliki perbandingan perspektif yang lebih luas. Sama halnya dengan permasalahan lain yang dirasa menjadi momok utama terkendalanya suatu proses, harus segara diatasi dengan kebijaksanaan dan kedewasaan karena hidup telah menunggu kita untuk mewarnainya bukan kita yang menunggu hidup ini menentukan warnanya untuk kita.

            Kedua adalah tekad untuk menciptakan perubahan. Tekad dalam fase ini adalah setingkat diatas kemauan keras untuk berproses lebih baik. Pasa fase tekad pertama merupakan fondasi dasar sebagai loyang pemunculan semangat lecut dan daya dobrak yang bersifat personal atau individu, atau bisa dikatakan tekad yang merupakan usaha untuk kesejahteraan diri pribadi. Fase kedua ini merupakan fase yang memiliki cakupan lebih dari sekedar kesejahteraan personal melainkan untuk mensejahteraan khalayak banyak atau masyarakat secara luas, yaitu tekad membawa perubahan kearah yang lebih baik. Mahasiswa adalah kekuatan terbesar untuk membawa peubahan, dengan tekad fase awal yang telah dimiliki kemudian kita akan dihadapkan dengan tanggung jawab baru yaitu menciptakan perubahan bagi khalayak banyak. Disertai dengan berbagai wadah dan daya yang dimiliki, didukung dengan semangat muda yang menggelegar, semangat perubahan harus kita munculkan. Mengapa kita perlu perubahan? Bagaimana kia memunculkan perubahan? Apa yang akan kita rubah?

        Perubahan sangat perlu diwujudkan, dalam tanda kutip perubahan yang dimaksud adalah perubahan kearah yang lebih baik dan cemerlang. Tanpa ada perubahan yang signifikan maka suatu sistem akan stagnan dan tidak mengalami perkembangan atau perbaikan, sehingga ketika dihadapkan kepada permasalahan yang lebih menampar, lebih keras, dan lebih kompleks, sistem tersebut akan gelagapan dan lembek kemudian kehancuran akan nyata terjadinya. Suatu sistem lama disebut dengan Old mind yang dicirikan dengan suatu operasi dan manajerial versi klasik yang pernah diklaim stabil dan jaya pada masanya namun sangat kurang efektif apabila dihadapkan dengan persoalan baru, sistem Old mind ini biasanya nyata masih dihidupkan oleh para penguasa yang masih memiiki otoritas besar dengan tujuan untuk mempertahankan bebarapa positioning yang telah dirasa nyaman bagi dirinya sendiri maupun golongannya, golongan Old Mind ini takut untuk menerapkan suatu sistem yang lebih baru karena menurut mereka sangat beresiko dan menganggu positioning yang susah payah mereka bangun, ibarat masih takut untuk keluar dari kediaman zona nyamannya padahal diluar kediaman tersebut banyak sekali kegemilagan, kemakmuran, dan prestasi yang menanti bagi sesosok yang mau memperjuangkannya.

           Sistem Old Mind ini tentu saja tidak dapat dibiarkan terus-menerus dan semakin menjadi-jadi, apabila semakin lama sistem ini meyuburkan diri maka keterbelakangan dan ketertinggalan akan nyata adanya, ibarat seekor serigala yang terlalu lama terkurung maka perilakunya tidak akan mencerminkan seagai seekor predator yang badas melainkan hanya sebatas seekor kucing yang molek gemulai. Maka dari itu generasi New Mind memiliki misi untuk merubah tatanan lama tersebut dan menggantinya dengan sistem baru yaitu sistem dengan penuh perbaikan dan kemajuan dalam berbagai sektor. Generasi New Mind harus berani menemukan kunci dan membebaskan sang serigala untuk melolong dan menujukkan taringnya di kancah lokal maupun Internasional. Tak lupa sangat perlu ditegaskan kembali siapa sebenarnya generasi New Mind itu?. Kita lah mahasiswa generasi perubahan tersebut.!!

        Ketiga adalah tekad untuk menjadi seorang pemimpin dan pelopor. Tekad fase ketiga ini merupakan tekad untuk menjadi tonggak penggerak dalam sebuah tatanan atau sistem. Tekad ini sebenarnya merupakan tekad dalam satu rangkaian untuk menuju perubahan kearah kemajuan, hanya saja kita harus berupaya untuk menjadi tonggak penggerak dan pelopor yang mensinergikan seluruh elemen untuk bersama-sama bergerak mewujudkan satu tujuan, satu tekad, dan satu dobrakan untuk kemajuan. Upaya seperti ini diwujudkan dengan berusaha memunculkan jiwa kepemimpinan dalam diri, karena pada hakikatnya semua manusia adalah figur pemimpin baik bagi dirinya pribadi maupaun bagi suatu tatanan yang dipertanggungjawabkannya. Apalagi mahasiswa adalah nyata seorang calon pemimpin bangsa dimasa mendatang dengan wilayah dan kapasitas masing-masing, mahasiswa adalah nahkoda yang membawa bahtera bangsa sampai tujuan keberhasilan.

Untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan, kita perlu mempelajari beberapa hal sabagai pimpinan sejati dan akan dicintai banyak orang. Diantaranya adalah :

1.      Kebijaksanaan, Pimpinan harus senantiasa bijaksana dalam mengambil keputusan dan memperlakukan suatu kondisi dengan mempertimbangkan beragam perspektif dan dampak kemungkinan kedepannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

2.      Keadilan. Pimpinan harus senantiasa memiliki sifat adil dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya dan tepat pada sasarannya. Memperlakukan sesuatu dengan timbangan yang seimbang.

3.      Kejujuran. Pimpinan harus senantiasa bersifat jujur. Sifat seperti ini tumbuh dalam lingkungan keagamaan yang kuat. Kejujuran adalah modal utama dan terbesar untuk menjadi figur yang dicintai dan disegani. Perlu disadari bahwa bangsa yang terbelakang adalah bangsa yan tidak kekurangan orang ang cerdas hanya saja bangsa tersebut kekurangan orang yang jujur.

4.      Religius. Jika kita ingin menjadi seorang pimpinan yang dicintai, maka modal utama adalah kepemilikan akhlak yang mulia. Sifat atau akhlak mulia ini tumbuh pada diri sesosok figur yang memiliki pemahaman agama yang kuat. Pemahaman agama yang kokoh akan mencegah dari segala tindakan penyelewengan.

5.      Memiliki jiwa dedikasi yang tinggi. Pimpinan harus pandai-pandai mengayomi seluruh sektor dan elemen di wilayah yang dipimpinnya. Pengayoman ini diwujudkan dengan dedikasi tinggi dalam segala hal.

Kesemua poin tersebut hanyalah bagian kecil dari beberapa karakter pemimpin yang harus dimiliki oleh setiap pimpinan atau penggerak. Seberapa penting kita harus memimpin?. Tentunya penting sekali, kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau tidak kita siapa lagi, sudah saatnya kita menjadi sesoso figure yang menggerakkan bukan digerakkan, sudah saatnya pola pikir New Mind memimpin suatu sistem, sudah saatnya diwujudkan dan mecapai kejayaan. Langkah yang bisa kita tempuh untuk menubuhkan jiwa kepemimpina adalah dengan sedikit demi sedikit melatih diri kita memimpin pembicaraan dimanapun berapada, sekecil apapun forum tersebut selalu beranikan untuk tampil berbicara dan menciptakan alur pembahasan dan sirkel yang kita arahkan, tentunya apa yang kita omongkan harus logic dan murni demi kepentingan kesejahteraan bersama.

Tidak hanya sebagai figur pimpinan, kita juga harus berusaha menjadi figur pelopor. Figur pelopor adalah sesosok yang senantiasa menginisiasi terjadinya suatu  pergerakan, yang dimana tentunya harus memiliki objek dan sasaran yang ingin diwujudkan. Figur pelopor seperti ini sangatlah perlu dimunculkan, karena perlu kita sadari bahwa bangsa kita kekurangan sosok-sosok pelopor perubahan kearah kemajuan, sekali lagi banyak figur bangsa kita yang masih terikat oleh pola pikir dan sistem Old Mind , sehingga sang serigala masih terkurung dan cupu. Mengapa kita tidak cukup hanya menjadi pimpinan melainkan juga harus hebat dalam menjadi seorang pelopor kemajuan?. Karena perlu kita ketahui seorang pemimpin belum tentu bisa menjadi seorang pelopor yang hebat dan maju, tetapi seorang pelopor pasti dapat menjadi pimpinan dan menggerakkan barisannya kearah kemajuan.

Keberanian, ketekunan, kebijaksanaan, dan kecerdasan adalah modal utama untuk menjadi seorang pelopor di tengah-tengah kondisi yang mungkin sangat sulit seperti ini. Tapi tentunya kita sebagai mahasiswa harus senantiasa berjuang demi mengarahkan bahtera bangsa untuk berlabuh kearah tujuan kegemilangan. Sadar, semangat, bertekad, pimpin, dan pelopori. Wish you victory !

Post a Comment

0 Comments