Sang Maesto #5.
Seni Merancang
Pemetaan (Mapping)
Bagian 3.
Sistem adalah Sebuah Drama ?
Rizky Ahmad Fahrezi
Sebelumnya, kita telah membahas beberapa
tipe figur atau instrumen dalam suatu sistem organisasi menggunakan simbolik
ekosistem kolam dan pengibaratan beberapa karakter hewan di dalamnya, apabila
simbolik tersebut dirasa masih sulit untuk dipahami, maka pada pembahasan kali
ini mari kita ibaratkan lagi menggunakan pengibaratan drama agar lebih
sederhana, singkat, padat, dan gamblang. Terdapat beberapa tipe dan karakter
instrumen yang menjalankan suatu sistem dalam setiap terjadinya sebuah
peristiwa. Kita ibaratkan peristiwa adalah sebuah proses pembuatan drama atau
film yang di dalamnya tedapat produser, sutradara, penulis skenario, main actor, dan pemain figuran.
Produser adalah otak utama dibalik dijalankannya sebuah sistem
yang melatar belakangi suatu kejadian, produser merupakan pihak yang
menyediakan seluruh gagasan, akses maupun logistik yang bersifat mentah atau
belum dikembangkan (belum di eksekusi) dalam mewujudkan sistem tersebut,
seperti pendanaan, alat, ide, dan mengatur setiap pemain di dalamnya. Seorang produserlah
yang menciptakan koridor atau pedoman utama yang kemudian diikuti oleh
produser, penulis skenario, dan aktor.
Seorang produser tidak harus menjadi figur
seorang pemimpin atau ketua dalam suatu organisasi, tapi dia adalah otak utama
dalam perjalanan organisasi tersebut, bahkan seorang produser tidak harus
bersinggungan langsung dengan para pemain-pemainnya. Dalam sebuah sistem
organisasi, figur seorang produser biasanya bermain dibalik layar, contoh figur
ini adalah senior (apabila organisasi tersebut masih meninggikan senioritas)
dan konseptor (orang atau komunitas yang menjadi dalang atas suatu kepentingan)
.
Sutradara bisa dikatakan sebagai otak kedua dari sebuah sistem,
figur ini pada hakikatnya bisa berperan sebagai konseptor kedua (setelah
produser) atau sebagai eksekutornya produser. Sebagai konseptor kedua, artinya
sutradara juga berhak untuk melakukan daya kreasi dalam wilayah tertentu yang
terntunya masih dalam koridor yang telah ditetapkan oleh seorang produser. Sebagai
eksekutor, artinya sutradara bertugas
sebagai pelaksana atau figur yang mengembangkan seluruh gagasan, alat,
dan wadah yang telah di sediakan oleh seorang produser. Figur sutradara ini
lebih bersinggunan dan bercengkrama langsung dengan setiap pemain-pemainnya,
sehingga figur ini identik dengan pimpinan atau ketua suatu organisasi sebagai
poros utama yang menggerakkan instrumen-instrumen pemain di dalamya.
Seperti yang telah disebutkan sebeumnya,
sang sutradara tidak hanya selalu sebagai eksekutor, sebagai seorang pimpinan
organisasi (sutradara) juga memiliki hak tersendiri untuk mengatur pemikiran
dan perjalanan sistem organisasinya. Bisa diartikan bahwa tidak semua sutradara
atau ketua organisasi adalah eksekutornya (bawahan) seorang produser, baik dari
segi pemikiran atau penyedia alat dan wadah. Sering juga ditemui dalam kasus
berorganisasi dimana seorang figur sutradara bisa sekaligus menjadi seorang produser
(otak pemikir pertama), yang dimana dia menjadi konseptor, poros pemikiran, pencipta
ide, sekaligus sumber pendanaan dan alat dalam suatu organisasi.
Penulis
skenario, adalah orang yang membuat
skrip naskah dalam sebuah drama atau film. Sama seperti sutradara, figur ini juga
terposisikan sebagai seorang konseptor sekaligus eksekutor. Sebagai konseptor,
figur ini berhak membuat ide, kreasi dan trobosan mengenai naskah cerita yang
akan ditulisnya, tentunya tetap sesuai dengan koridor atau pedoman yang telah
ditetapkan oleh seorang produser. Tetapi figur ini lebih condong kearah seorang
eksekutor, karena pada hakikatnya seorang penulis naskah hanya melaksanakan
arahan dari produser dan sutradara. Penulis naskah ini bertugas sebagai
eksekutor dari ide dan gagasan yang telah di buat produser dan sutradara yang
kemudian dimanifestasikan olehnya dalam bentuk sebuah naskah atau skenario.
Sebelum drama akan digarap dengan
mengarahkan dan menggerakkann instrumen-instrumen pemainnya, terlebih dahulu
harus disusun sebuah naskah secara detail. Naskah ini berfungsi sebagai pedoman
utama bagi para pemain (aktor) selain pedoman dari gagasan awal seorang produser
dan sutradara. Naskah ini berperan untuk membangun, menata irama, dinamika, alur,
dan jalan dari sebuah cerita yang akan diperankan oleh aktor.
Dalam instrumen organisasi, sosok yang
paling cocok dikategorikan dalam figur ini adalah ketua pelaksana acara, bisa
juga ketua umum, atau kordinator bidang yang kesemua ini merupakan para
perancang alur kegiatan berorganisasi (naskah) yang akan dilaksanakan
kedepannya. Figur tipe ini memiliki daya
analisa yang mumpuni dan sering menuangkannya dalam bentuk coretan atau narasi,
yang kemudian sering tampil untuk mempresentasikannya kepada seluruh anggota
organisasi. Semisal saja ketika kita sedang mengikuti sebuah rapat yang
membahas suatu agenda, kemudian dipastikan kita akan melihat seseorang dengan
kekuatan pemikiran dan penggambarannya tampil untuk menggambarkan apa saja yang
dibutuhkan dan dilakukan kedepannya di media tulis seperti kertas plano, papan
tulis, ataupun monitor. Orang itulah yang kita sebut sebagai penggambar rencana
atau penulis skenario.
Main actor, adalah pelaku utama dalam menjalankan suatu peran, di
dalam sebuah pentas drama pastinya kita melihat aktor-aktor yang memerankan
perannya masing-masing sesuai dengan arahan sutradara dan penulis skenario. Karakter,
watak, dialog, ekspresi wajah, dan alur cerita yang mereka perankan tidak bisa
jauh dari koridor dan naskah yang telah diciptakan oleh sang sutradara dan
penulis skenario, sehingga dengan kata lain peran aktor adalah manifestasi dari
seluruh ide, gagasan, alat, dan sarana yang telah diciptakan oleh produser,
sutradara dan penulis naskah, secara kasarnya aktor hanya manut saja terhadap seluruh ketentuan yang ditetapkan terhadapnya.
Aktor adalah pelaksana (eksekutor) dari
sistem tersebut, sehingga bisa kita simpulkan bahwa aktor adalah instrumen
koordinasi paling bawah dalam sebuah pentas drama dalam artian sebagai
pelaksana akhir dari ide yang telah sitetapkan sebelumnya. Figur ini memiliki
peran fital terhadap hasil akhir sebuah drama karena apa yang dilihat oleh
publik secara luas adalah tampang-tampang dari mereka, seperti ketika kita menonton
televisi apa yang kita lihat adalah semua peran dari aktor nya bukan produser,
sutradara, ataupun penulis naskah dimana mereka semua tidak punya wilayah untuk
tampil. Hal tersebutlah yang membuat para aktor (eksekutor) ini menjadi lebih terkenal
(faous) dari pada instrumen lain,
bahkan dari situ bisa kita asumsikan bahwa aktor memilii peran yang paling
besar terhadap kesuksesan sebuah drama.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, dalam sistem
organisasi aktor kita sebut saja sebagai eksekutor progam, dimana merupakan
garis koordinasi terakhir atau paling bawah, sehingga eksekutor inilah yang
bersentuhan langsung dengan kondisi lapangan untuk mengeksekusi seluruh ide dan
progam yang telah dibuat oleh konseptor sebelumnya, maka dari itu mereka yang
lebih sering tampil dan bahkan terkenal. Kelebihan dari figur ini adalah
kemampuannya berinteraksi, menyusun alur pelaksanaan progam, manajemen waktu
yang mumpuni, dan hal-hal lain yang terkait lapangan. Sedangakn kelemahan
mereka adalah kurang mumpuninya kemampuan berkreasi, berinovasi, dan daya
cipta.
Seorang
main actor adalah pemain-pemain utama
yang menjadi figur sentral dalam kesuksesan sebuah organisasi. Dalam organisasi
figur seperti ini dapat berupa ketua, badan pengurus harian dan pemegang
tupoksi sentral lain dalam konteks tertentu (sebagai pelaksana progam bukan
sebagai konseptor progam), tetapi figur ini lebih cenderung sering berposisi
sebagai anggota biasa sebagai alur koordinasi terkahir dalam suatu organisasi.
Pemain
figuran, adalah seorang aktor yang
terposisikan sebatas sebagai pemain pelengkap. Dalam sebuah drama, pemain ini
hanya memiliki akses kecil untuk tampil, dan akan muncul ketika sebuah situasi
dirasa tidak akan lengkap apabila tidak didukung dengan keberadaanya. Semisal ketika
take sebuah scene situasi jual beli di pasar tradisional, dimana main actornya adalah seorang pedagang
jagal daging sapi, kemudian pasti dirasa tidak akan lengkap bila scene tersebut tidak mempelihatkan pedagang-pedangan
lain yang juda sedang melakukan transaksi jual beli di sekitarnya, pedagang
lain itulah yang disebut pemain figuran.
Kehadiran pemain ini akan lebih menambah
kualitas dan peforma sebuah drama, sehingga dinilai sebagai unsur yang juga
sangat penting. Tetapi, ketidak hadirannya juga bukan masalah vital yang
menyebabkan terhentinya sebuah produksi drama, sehingga bisa disimpulkan drama
akan tetap bisa berjalan walaupun tidak dihadirkan pemain-pemain figuran atau
pelengkap.
Dalam sebuah organisasi, figur seperti ini
cocok untuk disematkan kepada anggota yang terkesan hanya ikut-ikut saja. Semisal
ketika jalannya sebuah acara, anggota seperti ini tidak pernah berkontribusi
dalam mempersiapkan segala sesuatu ketika pra acara seperti membuat konsep,
alur, pengadaan logistik, bahkan iuran panitia. Kemudian ketika acara
berlangsung, tiba-tiba mereka nongol dan mengikuti rangkaian acara sampai
selesai layaknya panitia lain. Ketika pasca acara, banyak juga dari mereka yang
hilang entah kemana sehingga ketika pengadaan evaluasi mereka tidak
berkontribusi. Atau ketika terjadi fenomena demo yang dilakukan oleh mahasiswa,
dimana tidak semua unsur di dalam demo tersebut faham akan apa yang mereka
tuntut, dipastikan bahwa hanya sedikit sekali yang paham betul mengenai apa
sebenarnya isu yang sedang digodok, sebagian besar dari mereka hanya
ikut-ikutan nimbrung dalam keramaian. Inilah beberapa gambaran contoh yang
biasanya kita temui dalam kegiatan berorganisasi yang terkesan ikut-ikutan, tetapi
peran mereka tetap bisa diandalkan khususnya pada pelaksanaan acara ketika hari
H. Yang perlu digaris bawahi peran mereka tetaplah penting sebagai instrumen
yang menghidupi organisasi, karena di dalam organisasi tidak akan lepas dari
tipe-tipe karakter anggota seperti demikian, dan organisasi akan lebih terasa
hidup ketika semua instrumen di dalamnya ikut berkontribusi yang biasa
tergambarkan oleh banyaknya elemen (kuantitas) yang terlibat dalam sebuah acara.
Seperti halnya fenomena demonstrasi mahasiswa, dimana demo akan terasa semakin
hidup, penuh gairah, dan memiliki daya dobrak lebih ketika peran pemain
pelengkap ini difungsikan, yaitu unsur-unsur yang terkesan hanya ikut-ikutan
sebagai penambah jumlah massa.
Demikan
pembahasan singkat mengenai simbolik
pentas drama atau film terhadap kegiatan berorganisasi. Saya pastikan dimanapun
anda berorganisasi, unsur-unsur yang telah disebutkan diatas benar-benar ada. Coba
anda analisa dan tentukan, dalam berorganisasi anda termasuk tipe yang mana.
0 Comments