The Real King of Lip Service
Mahasiswa : Kami Masih Hidup dan berfikir !
Kembalikaan Prinsip (Demo) krasi
Rizky Ahmad Fahrezi
#pekanmelawan #kembalikandemokrasi
source gambar : Instagram @steelmedia.id
Indonesia sedang mengalami tekanan mental rakyat yang
luar biasa, prahara-prahara dalam beberapa bulan terakhir mengindikasikan bahwa
Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Diawali dengan terpaan pandemi yang
membawa beragam pergolakan pemerintahan, kemudian memunculkan perombakan
tatanan negara secara besar-besaran, meningkatnya angaran belanja negara,
pembatasan terhadap aktivitas masyarakat, penutupan sejumlah perusahaan yang
berujung pemecatan beberapa pegawainya, meruginya beragam usaha rakyat, penyekatan
akses transportasi yang berujung kesengsaraan bagi para pengais jalanan, pelarangan
mudik yang menyebabkan rakyat harus menahan rasa rindu yang sudah terlalu
meluap-luap, pembatasan kebebasan rakyat dalam menyuarakan kritik dan sarannya
terhadap pemerintahan.
Kegundahan rakyat telah mencapai puncaknya
namun pemerintah masih biasa-biasa saja, ketika rakyat ingin menyuarakan keluh
kesahnya justru harus siap berhadapan dengan beragam belenggu pemerintah yang
membatasinya, tanggung-tanggung jeruji besi ancamannya !. Aparan-aparat keamanan
bukannya menjadi simbol keseimbangan dan ketentraman lingkungan justru menjadi
alat pukul pemerintah yang siap melukai rakyatnya. Belum lagi anggaran negara
yang seharusnya dialokasikan kepada pemenuhan kebutuhan rakyat ketika terpaan
pandemi semakin menyengsarakan, justru dikorupsi dengan sebegitu bejatnya. Ketika
beberapa pahlawan telah muncul sebagai harapan baru bagi rakyat dalam memberantas beragam penyelewengan (korupsi),
justru ditendang habis dan disikat harga dirinya tanpa ampun. Dengan begitu, Jangan
salahkan rakyat jika tidak patuh dengan segala anjuran pemerintah, jangan
salahkan jika rakyat memberontak demi memperjuangkan nasib kehidupannya, jangan
salahkan jika wakil dari suara rakyat (mahasiswa) akan mengkritisi dan
menyerang beragam post kecacatanmu (pemerintah) demi merepresentasikan
kebenaran, kejujuran, dan keadilan.
Beberapa hari terakhir, media sosial sempat
digegerkan oleh unggahan dari akun offisial instagram dan twiiter BEM UI (Badan
Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia) yang mengunggah foto Bapak Presiden
Jokowi. Mereka menyematkan mahkota diatas kepala Presiden seraya menyematkan
gelar “The King Of Lip Service” yang berarti raja layanan bibir atau raja obral
omongan. Mereka menyebut presiden kerap memberi pernyataan yang tidak selaras
dengan keadaan saat ini. Seperti halnya ketika Presiden menyatakan bahwa
dirinya rindu sekali didemo oleh mahasiswa maupun rakyat, dengan pernyataan
yang berbunyi “Saya kangen sebetulnya didemo. Karena apa? Apapun pemerintah itu
perlu dikontrol. Pemerintah itu perlu ada yang peringatin kalo keliru. Jadi
kalau enggak ada demo itu keliru. Jadi sekarang saya sering ngomong di
mana-mana ‘tolong saya didemo’. Pasti saya suruh masuk.” Namun faktanya kadaan yang telah beliau sebutkan tidak ada yang
terwujud sama sekali, pada nyatanya banyak sekali ditemui tindakan kekerasan
oleh aparat terhadap para demonstran ketika unjuk rasa penolakan Ommnibus Law di
berbagai wilayah, penangkapan terhadap sejumlah aktivis kemahasiswaan, dan
ketika ribuan buruh berdemo di depan Istana Negara bapak Presiden justru
terkesan bersembunyi tidak muncul sama sekali, bukannya menemui dan berdiskusi seperti
yang beliau ucapkan sebelumnya.
Kemudian Presiden memberikan pernyataan
terkait UU ITE yang berbunyi “ kalau UU ITE tidak bisa memberikan rasa
keadilan, ya saka akan minta DPR ubtuk bersama-sama merevisi UU ini”. Namun nyatanya, UU ITE yang dijanjikan
direvisi demi mewujudkan demokrasi yang sesungguhnya justru semakin
menjadi-jadi dengan ditambahkannya pasal karet yang menjerat rakyat dimana-mana
dengan merepresi kebebasan rakyat dalam bersuara.
Beliau juga menyatakan stattement terkait UU cipta kerja yang
berbunyi “Jika tidak puas dengan UU cipta kerja silahkan bawa ke Mahkamah
Konstitusi”. Namun nyatanya, beredar kabar bahwa Presiden sendiri yang meminta Mahkamah Konstitusi untuk menolak
semua gugatan tentang UU cipta kerja. Diantara semua pernyataan itu yang paling
baru dan panas dalam beberapa minggu terakhir ini adalah permasalahan ketidakberesan
sistem dalam KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), dimana Bapak Presiden
menyatakan berjanji akan menguatkan segala lini yang terkait dengan
pemberantasan korupsi, penguatan KPK kata Presiden perlu dilakukan dengan
penambahan penyidik guna memaksimalkan kinerja pemberantasan terhadap maraknya
kasus korupsi. Namun nyatanya, keadaan sekarang justru terbalik dimana kasus
korupsi yang semakin marak dan KPK yang semakin dilemahkan, kasus korupsi kian
subur bahkan tidak pernah tuntas penyidikannya sementara anggota-anggota KPK
yang memiliki integirtas dan kinerja luar biasa justru disingkirkan.
Beberapa contoh pernyataan-pernyataan
Presiden diatas merupakan sebagian kecil dari seluruh bualan yang tidak pernah
benar-benar terealisasikan sampai sekarang. Bertilik beberapa tahun lalu,
ratusan janji telah terucap dan entah bagaimana tindak lanjutnya sampai sekarang.
Seperti janji akan mencetak 10.000.000 lapangan kerja baru, janji membuka
3.000.000 lahan pertanian baru, janji mensejahterakan pendidikan, janji
menguatkan sektor pertanian agar mengurangi kegiatan impor bahan pangan namun
nyatanya Indonesia masih saja menjadi importir terbesar beras bagi Myanmar,
janjin membesarkan Pertamina sampai kalahkan Petronas Malaysia namun nyatanya
hutang Pertamina sudah menyentuh angka ratusan triliun rupiah, dan masih banyak
lagi janji-janji pemerintah. Maka dari itu banyak rakyat menyebut bahwa mereka
semakin mual dan pemerintah berhentilah membual ! Ini pernyataan rakyat yang
100 % valid, lalu mengapa masih saja mengelak bahkan menyalahkan rakyat, seakan
rakyat bukanlah kaum berpendidikan sehingga disalahkan?. Pasti terdapat
ketidakberesan dalam bernegara setiap pejabat pemerintahan, dan inilah yang
akan terus diusut, dianalisa, dan dikritik oleh rakyat khususnya mahasiswa !
Beragam fenomena bualan publik yang
terjadi ini membangunkan mahasiswa yang seakan telah sekian lama ditidurkan
bahkan dibelenggu oleh kekuasaan, mahasiswa yang notabennya sebagai wakil suara
rakyat justru dimatikan sampai akar-akarnya dengan beragam kebijakan yang
mengancam masa depan, seperti ancaman ketidak lulusan, ancaman sulitnya
lapangan pekerjaan, ancaman resuffle
pencapaian, bahkan ancaman kekerasan. Hal ini yang pantas kita sebut sebagai The New Orba atau orba jilid 2. Ancaman
tersebut bisa muncul sampai-sampai menidurkan mahasiswa dengan sebegitu
ampuhnya, karena tidak lain dan tidak bukan dimotori oleh birokrasi kampus itu
sendiri tak terkecuali staf rektoratnya. Tidak dapat dinafikkan bahwa birokrasi
kampus sendiri justru menjadi alat-alat penguasa untuk menancapkan pengaruhnya,
sehingga pihak birokrasi kampus yang seharusnya merupakan penaung bagi
jiwa-jiwa muda mahasiswa justru berkhianat, membelot, dan beralih keberpihakan
kepada oligarki. Maka kita bisa sebut saja kampus diasuh Oligarki !
Sebagai macan negara dalam mewujudkan
perubahan dan keseimbangan, mahasiswa sudah saatnya bangun dan berteriak. BEM
UI merupakan salah satu bagian dari keluarga kita sebagai mahasiswa dalam
memperjuangkan kenaran, kejujuran, keadilan, dan demokrasi. Mereka berani
mengawali suara dalam mengkritisi pemerintah dan sekarang kita perlu mendukung,
meneruskan perjuangan, dan menciptakan wadah-wadah baru untuk menyuarakan
kedalian. Yang dapat kita simpulkan sekarang, apa yang telah dilakukan BEM UI
merupakan pantikan bagi jutaan aktivis mahasiswa di seluruh Indonesia untuk
sama-sama ikut serta dalam memperjuangkan nasib negara kita tercinta. Mari kita
tunjukkan bahwa mahasiswa tidaklah tidur ! Semangat kita belum redup ! Tekad
kita masih bulat ! Jiwa kita masih membara! Kita masih terus senantiasa
berfikir dan peduli terhadap bangsa dan nasib selurh rakyatnya ! Kita masih ada
dan tak akan pernah hilang dari segala terpaan ! Sekali lagi kita masih ada ! Wish you victory......
0 Comments