GERAKAN MAHASISWA (PEMUDA) MENYONGSONG
ERA SOCIETY 5.0
Rizky Ahmaf Fahrezi
Gerakan
mahasiswa selalu memiliki andil besar dalam setiap perubahan entah itu sistem,
rezim, orde, zaman, dan sejarah. Gerakan mahasiswa adalah kegiatan mahasiswa
yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk
meningkatkan kecakapan, intelektualitas, dan kemampuan kepemimpinan mahasiswa. Mahasiswa
sebagai tokoh pemuda selalu memiliki peran dalam berbagai peristiwa penting.
Mahasiswa adalah agen inovasi, sebuah inovasi (gagasan pemikiran baru) memiliki
dampak yang sangat besar dalam mengarungi perjalanan dan menciptakan perubahan dari
masa ke masa. Dalam sejarah gerakan mahasiswa, bisa ditelaah bagaimana gerakan
mahasiswa menciptakan sebuah centralized
power yang sangat dahsyat. Saking dahsyatnya, suatu bangunan peradabanpun
bisa tergoyahkan fondasinya oleh kekuatan tersebut.
Sejarah
dahsyatnya gerakan mahasiswa sudah tak dapat dipungkiri lagi, keteguhan dan
keuletan dalam membangun sebuah kinerja dari awal sampai terproseskan menjadi
sebuah kekuatan pembawa perubahan. Mari kita kulik singkat rangkaian gerakan mahasiswa
dari era sebelum kemerdekaan sampai era kini. Jauh sebelum kemerdekaan, pada
tahun 1908 Boedi Oetomo adalah wadah perjuangan pertama di Indonesia memiliki
struktur organisasi modern, didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh mahasiswa
lembaga pendidikan STOVIA. Budi Utomo adalah organisai yang bergerak dalam
ranah sosial budaya yang berlandas atas ide untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa, pada saat itu sering terjadi diskriminasi sosial karena tingkat
pendidikan rakyat indonesia yang rendah. Organisasi ini berusaha untuk
menghapuskan keterbatasan akses pendidikan yang dibelenggu oleh penjajah,
ketika bangsa sudah tercerdaskan maka tidak akan mudah diadu domba dan diatur
oleh penjajah. Semangat para mahasiswa STOVIA kala itu sudah tidak dapat
diragukan lagi, mereka memiliki gagasan yang saling melengkapi ibarat “tumbu
menemukan tutupnya”, gagasan-gagasan tersebut mereka dapatkan dari
bacaan-bacaan seputar perjuangan-perjuangan bangsa lain dalam melawan penjajah,
yang kemudian gagasan tersebut mereka bumikan sehingga Budi Utomo menjadi
semakin besar dan melahirkan banyak cabang di berbagai daerah.
Berlanjut
di era 1928, era dinama tercetusnya sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928. Menilik
lebih jauh lagi sebelum tahun tersebut, para pemuda nasionalis yang juga
sebagai buah hasil petik dari organisasi-organisasi sebelumnya (Budi Utomo) melakukan
berbagai macam upaya untuk menunjukkan eksistensinya sebagai garda-garda siap
tempur demi memajukan dan memerdekakan banga Indonesia. Budi Utomo yang dalam
perkembangannya diambil alih oleh golongan dewasa dan golongan pejabat mengakibatkan
para pemuda berinisiatif untuk membentuk organisasi pemuda Jawa, yang kemudian
pada tanggal 7 Maret 2915 berdirilah ”Tri Koro Dharmo” sebagai organisasi
pemuda kedaerahan yang bertujuan mewujudkan Jawa-Raya atau persatuan seluruh
pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok. Dengan didirikannya persatuan
pemuda Jawa tersebut memantik sejumlah pemuda dari berbagai daerah untuk
mendirikan organisasi serupa, yang akhirnya muncul beberapa persatuan pemuda
sari seluruh Indonesia seperti Jong Java,
Jong Sumatera Bond, Jong Bataks Bond, Jong Celebes, Jong Minahasa, Jong Ambon,
Sekar Rukun, Pemuda Kaum Betawi, Timoresche Jongeren Bond dll. Tetapi semua
pergerakan kaum pemuda tersebut masih bersifat kedaerahan, dalam perkembangan
selanjutnya perkumpulan pemuda tersebut akhirnya terleburkan menjadi satu
kesatuan dalam bingkai “Pemuda Indonesia” yang dalam kongres keduanya
melahirkan Sumpah Pemuda ! Sumpah yang melahirkan semangat baru ! Sumpah yang
mempersatukan generasi muda Indonesia ! Sumpah yang semakin mengkokohkan
semangat perjuangan bangsa !.
Bisa
kita lihat betapa dahsyatnya semangat dan pergerakan para pemuda yang saling
sahut-menyahut meramu perjuangan dari berbagai daerah asal. Dan kemudian mereka
dipersatukan tanpa ada hasrat dan ambisi, persatuan murni dari hati, persatuan
Pemuda Indonesia !
Pada era
pendudukan Jepang atas banga Indonesi, organisasi nasional dan organisasi
pemuda dibelenggu dan dibatasi, hal ini menjadi tantangan baru bagi seluruh
lapisan perjuangan bangsa. Jepang membuat kebijakan terkait pemanfaatan sumber
daya manusia yang difokuskan untuk membantu perang Asia-Pasifik. Pada era ini
para pemuda menggunakan metode senyap dalam melaksanakan diskusi-diskusi
kebangsaan dan menimbun semangat perjuangan dalam memepersiapkan kemerdekaan.
Selepas
kemerdekaan perjuangan pemuda khususnya mahasiswa tidak semata-mata berhenti,
justru timbul beragam motif dan ideologi yang menghiasi perjalanan gerakan
mahasiswa. Diawali dari era 50-an dimana gerakan mahasiswa terintervensi oleh
kebijakan politik praktis partai politik, dan beberapa organisasi telah menjadi
underbow partai politik. Pola pergerakan mahasiswa sering
bergesekan dengan rezim pemerintahan, mahasiswa menjadi kekuatan utama dalam
merespon kebijakan pemerintah. Orde lama dinilai telah menyimpang dari
nilai-nilai pancasila seperti indikasi kedekatan dengan PKI dan media pers yang
dibungkam. Mahasiswa yang beraliansi dengan militer membentuk KAMI yang
kemudian menjadi kekuatan bersar untuk meruntuhkan orde lama.
Pada era
orde baru, nyatanya kemesraan yang dijanjikan tidak bertahan lama. Pemerintahan
kala itu juga mengalami pergesekan hebat dengan mahasiswa. Pemerintahan dinilai
korupsi yang kemudian berujung peristiwa Malari pada 1974 dan 1978 dimana
mahasiswa menolak kedatangan perdana menteri Jepang ke Indonesia, kedatangan
tersebut dinilai menyimbolkan bangsa Indonesia telah diperjualbelikan kepada
Asing. Tidak hanya itu, mahasiswa juga menolak pencalonan kembali Soeharto
sebagai Presiden RI.
Keuletan mahasiswa tersebut memaksa pemerintah
menerapkan kebijakan NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi
Kampus) yang pada intinya berisi pelarangan pergerakan organisasi mahasiswa
dalam bentuk apapun kecuali kerohanian, pengembangan bakat dan minat. Tahun
1980-1998 disebut sebagai masa hibernasi mahasiswa. Mahasiswa fase ini
menjalanka pergerakannya secara senyap dengan melakukan diskusi dan perkumpulan
secara sembunyi-sembunyi serta membumikan kegiatan-kegiatan literasi. Pada
puncaknya kekuatan besar mahasiswa meledak pada peristiwa reformasi 1998. Era
ini disulut oleh kerancuan pemerintahan yang diwarnai oleh krisis yang menjalar
ke segala sektor. Sektor politik ternodai oleh berbagai kasus korupsi yang
semakin subur, sektor ekonomi teracuni oleh ketergantungan terhadap negara
Asing, serta persoalan-persoalan kemanusiaan yang semakin miris. Mahasiswa
dengan kekuatan besarnya berhasil menduduki gedung MPR dan DPR pada 21 Mei 1998
yang menuntut lengsernya Presiden Soeharto, selain itu ada 6 tuntutan mahasiswa
pada peristiwa Reformasi ini yaitu :
1.
Tegakkan supremasi
hukum.
2.
Amandemen UUD 1945.
3.
Hapus dwifungsi
ABRI.
4.
Otonomi daerah
seluas-luasnya.
5.
Ciptakan pemerintah
bersih dari KKU.
6.
Adili Soeharto
beserta kroni-kroninya.
Sejarah singkat gerakan mahasiswa diatas
menunjukkan bahwa betada dahsyatnya kekuatan mahasiswa apabila diramu dan
diaktualisasikan maksimal. Bagaimana mahasiswa bisa menjadi salah satu fondasi
utama dalam membangun semanat nasionalisem perjuangan bangsa Indonesia meraih
kemerdekaan hingga betapa besar pengaruh gerakan mahasiswa terhadap rezim
pemerintahan yang dinilai sudah tidak sejalan dengan kemauan rakyat Indonesia,
tidak hanya tergetarkan tetapi juga teruntuhkan, inilah sebuah power of justice yang nyata besar dan
dahsyat adanya.
Tidak hanya terjun dalam dunia perjuangan,
politik, dan kebangsaan, gerkan mahasiswa juga membawa dampak besar bagi
perkembangan peradaban. Dalam perjalanan era peradaban dunia kita mengenal
istilah revolusi industri. Kemudian bagaimana gerakan pemuda khususnya
mahasiswa mengambil peran dalam revolusi industri tersebut? Lalu bagaimana gerakan
mahasiswa menyongsong era Society 5.0 saat ini? let’s go to the main point.....
Era Society 5.0 adalah istilah yang
diresmikan oleh Jepang pada 21 Januari 2019. Konsep Society dititiberatkan pada
konteks manusia sebagai elemen utama dari proses kinerja sebuah teknologi.
Society 5.0 dmunculkan sebagai bentuk respon dan solusi dari revolusi 4.0 yang
ditakutkan akan mendegradasi umat manusia dan karakter manusia sebagai elemen
utama pengatur dinamika peradaban. Revolusi 4.0 menciptakan kekawatiran gejolak
disrupsi akibat penggunaan teknologi yang melewati batas kewajaran kemampuan
manusia secara umum. 4.0 melahirkan Artificial
Intelligence (kecerdasan buatan) yang semakin menjadi-jadi, AI adalah suatu
kecerdasan yang diletakkan kepada suatu sistem yang bisa diatur dalam konteks
ilmiah atau bisa diartikan sebagai entitas ilmiah. Pada era 4.0 AI dinilai
semakin menjadi-jadi, keberagaman automasi teknologi berlomba-lomba diciptakan
demi memenuhi hasrat dan kepentingan tertentu, baik demi pemenuhan kebutuhan
manusia yang bersifat tuntutan maupun hanya sebatas gengsi atau kontestasi
ilmiah.
Dengan semaraknya kemunculan teknologi yang
semakin maju bahkan diluar nalar manusia awam, dikawatirkan peran manusia
sedikit demi sedikit akan terdegradasi dan tergantikan total oleh keberadaan
teknologi tersebut, bisa kita lihat beberapa profesi yang sudah mulai
tergantikan sistem yang terprogam misalnya customer
service, teller, pengusaha kecil, SPG, guru, bahkan sopir. Kita ambil satu
contoh profesi saja semisal sopir, jagat milenial kini mulai dibuat heran oleh
penemuan mobil tanpa pengemudi yang bisa berjalan ribuan kilometer, bisa saja
suatu saat nanti fenomena seperti ini menyebabkan manusia secara umum khusunya
yang berprofesi sebagai sopir akan kalang kabut dan kebingungan bukan main
apabila peran mereka terdegradasi oleh perkembangan peradaban, inilah salah
satu akibat jika sumber daya manusia tidak disiapkan secara matang untuk
menghadapi kesenjangan dalam peralihan zaman. Kemajuan teknologi adalah perihal mutlak adanya, maka dari itu manusia
harus bisa menjadi bagian dari kemutlakan tersebut ! Manusia harus bisa
memanfaatkan teknologi secara bijak dan dapat menyelaraskan satu kesatuan
populasi untuk bersama-sama menciptakan dinamika peradaban yang ideal. That’s society 5.0 hadir untuk menjawab
persoalan dari era 4.0 sebelumnya......
Society 5.0 juga diistilahkan semagai “Era
memanusiakan manusia”. Manusia satu dengan manusia lain harus saling bahu-membahu,
bersama-sama menyongsong perkembangan peradaban. ketika satu diantaraya tertinggal
dalam perjalanan maka yang lain harus bersedia menatih dan mengulurkan tangan
untuk berjalan bersama-sama.
Mahasiswa
sebagai bagian dari peradaban tentu tidak boleh tinggal diam terhadap segala
fenomena yang terjadi. Peralihan era revolusi industri merupakan bagian
diskursus yang harus dipecahkan dan diaktualisasikan oleh seluruh mahasiswa
baik dalam pergerakan yang bersifat individual maupun bersifat populasi atau
organisasi. Gerakan mahasiswa sudah tidak lagi difokuskan pada satu titik
orientasi saja, tidak lagi kaku menohok satu titik pukul saja, gerakan
mahasiswa sudah harus mampu menempatkan diri seelastis mungkin terhadap
berbagai bentuk orientasi dan titik fokus pergerakan. Gerakan mahasiswa harus
bisa lebih menebar gaungnya disegala sektor dan sendi kehidupan tanpa
terkecuali. Tidak hanya berfokus pada dunia perpolitikan, mahasiswa juga harus
bisa bergerak dalam multidimensional seperti sosial budaya, ekonomi, kebangsaan,
kenegaraan, keislaman, pendidikan, live
skill dll.
Gerakan mahasiswa sebagai salah satu pilar
utama dalam menyongsong peradaban kedepannya harus bisa menjadi perhiasan
berharga yang bernilai jual tinggi dimasa kini dan semakin tinggi dimasa
mendatang. Kualitas sebuah peradaban bangsa bisa dilihat bagaimana generasi
mudanya berkembang dan berkarakter. Bangsa yang maju adalah bangsa yang menciptakan
generasi yang cerdas ilmu pengetahuan, skill, dan emosionalnya sehingga
memunculkan banyak figur pemimpin yang bisa berkancah melalangbuana
menggemparkan dunia.
Berikut beberapa keterampilan yang harus
diupayakan dan dikuasai oleh seluruh umat manusia khusunya generasi muda
(mahasiswa) dalam menyongsong era society
5.0 :
1.
Live and career skill
Keterampilan hidup dan berkarir. Manusia harus
memiliki keterampilan dalam menjalankan setiap sutinitas kehidupkannya terlebih
lagi menjalankan rutinitas karir atau pekerjaannya, karena sekecil apapun
perbuatan pasti memerlukan sebuah skill untuk menunjangnya. Dalam keterampilan
ini, manusia khususnya generasi muda dituntut untuk bisa fleksibel dan mampu
beradaptasi dengan segala situasi dan kondisi, mampu berfikir inisiatif dan
memanajemen diri, mampu berinteraksi dengan kondisi sosial budaya dimapaun
berada, memiliki jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab, serta mampu menerapkan
prinsip produktivitas dan akuntabilitas yang berarti mampu menghasilkan produk
dan mengolahnya secara optimal.
2.
Information media and technology skill
Keterampilan teknologi dan media informasi. Manusia dituntut
untuk mampu menguasai beragam teknologi dan media informasi terkini. Tidak dapat
dipungkiri, dewasa ini peradaban beralih pada penggunaan media dan platform
digital sebagai sarana utamanya, apabila manusia tidak dapat menyesuaikan diri
terhadap segala perkembangan ini maka siap saja untuk dipertuan oleh kemajuan
digital tersebut. Pada keterampilan ini manusia dituntut untuk bisa mengakses
informasi secara efektif (sumber informasinya) dan efisien (wakktunya), kemudian
mampu mengolah dan mengevaluasi secara kritis dan kompeten sehingga secara
akurat dapat digunakan untuk menjawab segala persoalan. Manusia dituntut untuk
bisa memilih dan mengembangkan media komunikasi terkini, serta melakukan
beragam inovasi terkait kemajuan teknologi kedepan.
3.
Learning and innovation skill
Kemampuan belajar dan berinovasi. Manusia dituntut
untuk mampu berfikir kritis dan mengabalisa segala sesuatu secara detail. Kemudian
dapat menghasilkan keputusan yang tepat dari hasil berfikirnya tersebut untuk
mengatasi berbagai persoalan. Manusia juga dituntut untuk mampu berkolaborasi dengan
berbagai elemen untuk menciptakan inovasi-inovasi baru di seluruh bidang
kehidupan.
Beberapa kemampuan atau keterampilan
diatas menjadi tolak ukur utama dalam pengembangan diri setiap manusia khususnya
generasi muda (mahasiswa). Gerakan mahasiswa yang ideal untuk era sekarang
adalah gerakan yang tidak hanya mampu untuk manjadi responder terhadap segala
bentuk fenomena politik atau kelembagaan, tetapi gerakan yang bisa memenuhi
aspek-aspek yang lebih luas dan multidimensional
seperti sosial budaya, ekonomi, intelektualitas, spiritualitas, dan live skill tentunya. Gerakan yang mampu
mewujudkan beragam keterampilan yang menjadi acuan utama dalam perkembangan
peradaban kali ini, society 5.0.
Selain itu, tentunya mahasiswa tidak boleh
lelah untuk terus menjadi check of
balance atau pengendali keseimbangan terhadap segala bentuk ketimpangan dan
kesenjangan yang terjadi dimanapun dan kapanpun, apalagi kalau permasalahan
seperti itu menyangkut keejahteraan rakyat ! Persoalan dan polemik yang merenggut
dan mempermainkan pemegang kekuasaa tertinggi dalam sistem demokrasi, disitulah
mahasiswa ada untuk mereka ! Jangan sampai terlupakan betapa dahsyatnya gerakan
mahasiswa dulu yang tak pernah gentar menjadi pelopor sebuah perjuangan untuk
memerdekaan bangsa dan mempertahankannya. Teruslah menjadi coretan tinta emas
dalam perjuangan dan pergerakan tersebut, hinga sambung-menyambung dan tiada
henti. Wish You Victory....!!
SOURCE :
Hendarsyah,
decky. 2019. “E-Commerce Di Era Industri 4.0 Dan Society 5.0”. Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita. Vol.8, No.2:
171-184. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Syariah Bengkalis.
Kosasih.
2016. “Peranan Organisasi Kemahasiswaan Dalam Pengembangan Civic Skills
Mahasiswa”. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, Vol. 25, No. 2. JPIS.
Mardawani,
lusiana. 2018. “Peran Mahasiswa Dalam Upaya Membentuk Generasi Muda Berkarakter
Melalui Pendekatan Humanis Berbasis Kearifan Lokal Suku Dayak Di Desa Telaga II”.
Jurnal PEKAN Vol. 3 No. 1. Sintang : STKIP
Persada Khatulistiwa.
Marlinah,
lili. 2019. “Pentingnya Peran Perguruan Tinggi Dalam Mencetak Sdm Yang Berjiwa
Inovator dan Technopreneur Menyongsong Era Society 5.0”. Jurnal IKRA-ITH Ekonomika Vol 2 No 3. Universitas Bin a Sarana
Informatika.
Novita,
komang. 2021. “Sinergi Pendidikan Menyongsong Masa Depan Indonesia Di Era
Society 5.0”. Jurnal Pendidikan Dasar Vol.
2, No. 1. Universitas Pendidikan Ganesha.
Puspita,
yenny dkk. 2020. “Selamat Tinggal Revolusi Industri 4.0, Selamat Datang
Revolusi Industri 5.0”. Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Pgri Palembang.
Sabri,
indar. 2019. “Peran Pendidikan Seni Di Era Society 5.0 untuk Revolusi Industri
4.0”. ProsidingSeminar Nasional
Pascasarjana UNNES.
Sudiyo.
1997. Sejarah Pergerakan Nasional
Indonesia. Jakarat: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Museum Kebangkitan
Nasional.
0 Comments