Pemuda Sebagai Dominan Class dalam Dinamika Konflik

 Pemuda Sebagai Dominan Class dalam Dinamika Konflik

Rizky Ahmad Fahrezi

source gambar : geotimes.id

Kehidupan berjalan dengan berbagai  dinamika peristiwa yang terjadi,  ada dikala peristiwa itu menumbuhkan persatuan ada dikala sebuah fenomena memunculkan perpecahan. Begitu pula manusia didalamnya, ada macam manusia yang menyulut konflik dan ada pula manusia yang memunculkan  penyelesaian masalah sehingga menciptakan perdamaian atau kondisi yang lebih baik. Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan, sehingga konflik bersifat inheren. Artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Sebagai manusia yang menggerakkan roda kehidupan, kita pasti akan menemui beragam konnflik dalam perjalanan tersebut, entah itu konflik antar individu maupun konflik yang melibatkan kelompok atau golongan. 

Salah satu penyebab dari munculnya konflik adalah perbedaan kebutuhan yang menjerumus kepada kepentingan antar individu atau kelompok. Setiap individu atau kelompok pasti akan berjuang mempertahankan kepentingan atau kesejahteraanya dari ancaman apapun termasuk ancaman atau gangguan yang dinilai muncul dari individu atau kelompok lain. Setiap masyarakat terdapat potensi konflik, karena setiap masyarakat akan berjuang untuk kepentingan yang harus dipenuhi, yang bahkan dalam pemenuhannya akan mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya. Upaya perjuangan tersebut dapat menjadi potensi konflik, bila dilakukan tanpa mengikuti aturan main (yang terwuud sebagai hukum, adat, atau norma-norma yang berlaku) yang dianggap memenuhi standarisasi keadilan dan beradab pada lingkungan tertentu.

      Lewis Coser mendefinisikan konflik sebagai suatu perjuangan terhadap nilai dan pengakuan terhadap status yang langka, kemudian kekuasaan dan sumber-sumber pertentangan dinetralisir atau dilangsungkan atau dieliminir saingannya. Dengan ini mengisyaratan bahwa setiap individu akan berusaha mewujudkan kepentingannya, dalam proses tersebut dapat dipastikan individu lain akan terlibat di dalamnya, kemudian muncullah persaingan atau pertentangan apabila salah satu pihak dinilai mengeliminasi pihak lain, karena pada hakikatnya setiap orang akan berusaha mendapat keuntungan dari setiap kepentingan yang ia perjuangkan. 

    Mengacu pada teori Karl marx yang menyatakan bahwa salah satu konflik terjadi karena adanya konflik antar kelas yang didasarkan atas proses kepemilikan, yang kemudian dibagi dua kelas yaitu kelas pemilik dan tidak memiliki. Dalam konsep agraris disebut the have bagi golongan yang memiliki tanah dan the have not adalah golongan yang tidak memiliki tanah atau kelas buruh, konsep kepemilikan akan menentukan atau mengontrol relasi antar kelas dan akan menyisyaratkan beragam konflik. Dalam perkembangannya Dahrendorf  memberikan satu konsep post kapitalis bahwa konflik terjadi bukan hanya karena konsep kepemilikan tetapi karena otoritas, otoritas adalah kepemilikan kemampuan untuk mengontrol proses relasi yang tidak serta merta pemilik akan memiliki kekuasaan sepenuhnya. Dalam masyarakat  post kapitalis, telah terjadi heterogenitas kelas sosial. Konflik dalam distribusi otoritas memunculkan pertikaian antara kelas pemilik dan pengguna otoritas melawan kelas yang harus patuh pada otoritas.  Mereka yang memiliki otoritas akan cenderung  ingin mempertahankan otoritasnya, dan  kelas yang tidak memiliki otoritas harus patuh akan kebijakan ororitas. Akan sangat sulit untuk sebuah kebijakan mengakomodir kehendak seluruh pihak. Selalu ada kemungkinan kebijakan memuaskan beberapa golongan dan mengkerdilkan satu golongan atau sebaliknya. Inilah kontradiksi yang sudah harus dipertanyakan.

     Dalam kehidupan bernegara, negara hadir sebagai aktor yang memiliki otoritas melalui tools yang bernama kebijakan. Kebijaksanaan atau kebijakan publik yang dimaknai sebagai serangkaian aturan main yang idealnya berbicara tentang keteraturan, seringkali tidak menyelesaikan permasalahan. Justru dalam beberapa kasus konflik, kebijakan publik menjadi pemicunya. Hal tersebut perlu untuk dikaji oleh segenap masyarakat terkhusu golongan muda tentang bagaimana kebijakan seharusnya hadir untuk memberi harapan dan penyelesaian yang berarti, bukan hanya sekedar alat untuk semakin memperkuat antek-antek langit kemudian meruncingkan kebijakan kearah umat tanah yang masih mengais keringatnya kembali untuk berjuang mempertahankan kehidupannya.

    Lalu bagaimana kontribusi golongan muda dalam menyikapi terjadinya konflik?

  Menyinggung kemajemukan masyarakat, terdapat beragam latar belakang dan kepentingan masyarakat atau golongan yang mewarnai dinamika kehidupan, disamping beragamnya suku, budaya, bahasa, dan agama. Golongan yang berkonflik cenderung akan melanggengkan konfliknya apabila tidak ada penyelesaian yang sesuai dengan kehendak kedua belah pihak atau lebih. Maka dari itu, munculnya sosok yang menjadi mediator atau bahkan sosok pembawa perubahan akan sangat dibutuhkan, geraka perubahan akan sangat didamba-dambakan sebagai new system yang membawa angin segar ditengah-tengah bergejolaknya pertikaian yang tak kunjung usai. Golongan muda adalah salah satu bagian dari masyarakat yang tidak boleh dipandang sebelah mata, beragam potensi bisa dihadirkan dengan tangan terkepalnya. Sebagai bagian dari masyarakat, golongan muda harus dilibatkan sebagai stimulus segar yang yang akan menstabilkan keberadaan kepentingan-kepentingan kolot. Golongan muda sebagai golongan yang masih memiliki setitik idealisme harus memiliki ruang untuk menyuarakan kesejahteraan bersama. 

    Begitu pula terhadap kebijakan yang dinilai sebagai pemicu konflik, golongan muda sudah patutnya iku menyuarakan kepentingan-kepentingan masyarakat luas. Kebijakan yang dinilai sebagai alat sepihak yang mensejahterakan golongan tertentu harus dikritisi dan diminimalisir agar tidak menciptakan system kelas kembali, dimana kelas pemilik otoritas akan semena-mena memaksakan kehendaknya agar dipatuhi seluruh kelas yang tidak memiliki otoritas sedikitpun. Masyarakat secara umum tentunya termasuk pada golongan yang tidak memiliki kekuasaan atau otoritas apapaun, sehingga apabila ditemui sebuah ketentuan yang memeras dan mengebiri kesejahteraan sudah selayaknya disuarakan bukan untuk didiamkan. Figur sebagai garda terdepan pengeras suara kelas bawah tersebut adalah pemuda!.

     Generasi muda menjadi salah satu elemen masyarakat yang harus peka dan pandai-pandai membaca fenomena-fenomena sosial. Pemuda sebagai figur yang masih memegang idealisme dan semangat juang tentu harus terlibat dalam segala peristiwa tang mengiringi dinamika masyarakat. Tak terkecuali sebuah konflik yang muncul di tengah-tengah masyarakat harus menjadi trigger tersendiri bagi golongan muda untuk mau menyumbangkan fikiran dan tenaga demi terpecahkannya konflik tersebut. Memang mudah sekali dibicarakan dan sulit untuk mempraktikkannya, tetapi sudah suatu keharusan bagi golongan muda untuk setidaknya mulai meraba dan mengetahui beragam fenomena yang terjadi di sekitar terkhusus apabila akan ditemuinya sebuah konflik, kemudian bersedia untuk berfikir kritis dan analitis untuk menciptakan sebuah produk pemikiran yang siap dimanifestasikan. Konflik menjadi salah satu alat untuk menunjukkan klaim dan sistem nilai yang dianut oleh satu atau beberapa individu-kelompok. Makna ini berujung pada praktik-praktik negatif. Konflik juga dapat dipandang dari sudut positif yakni sebagai bentuk interaksi sosial yang berkontribusi untuk memelihara atau merubah tatanan sosial. Interaksi  sosial menjadi ruang tersendiri bagi para pemuda untuk mengalokasikan pemikirannya, dan perubahan tatanan sosial menjadi tujuan tersendiri bagi pemikiran pemuda sebagai ceck of balance bagi kondisi tatanan sosial sebelumnya.

    Keikutsertaan pemuda dalam menyikapi konflik tentunya harus diiringi dengan analisa yang matang dan tidak gegabah. Analisa yang kuat terhadap kemunculan konflik menyangkut latar belakang, kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang di dalamnya. Juga mengetahui siapa saja yang terlibat didalamnya dan konflik yang terjadi tersistem seperti apa. Kesadaran subjektif perlu untuk ditumbuhkan kepada persoalan perjuangan, sehingga secara sadar pemuda memperjuangkan kepentingan masyarakat. Dalam perkembangannya kondisi politis yang memunculkan ruang aspirasi, kondisi teknis dengan ditandai pergerakan massif, dan kondisi sosial sebagai ruang iteraksi masyarakat dapat diwujudkan sebagai sarana penyikapan terhadap konflik yang menyudutkan.

      Peran ideal pemuda dalam menyikapi konflik adalah dengan tetap patuh terhadap asas, etika, dan hukum. Kenapa pemuda harus ikut serta dalam menyikapi konflik? karena pemuda belum begitu terikat akan kepentingan beda dengan golongan tua yang sudah sarat akan kepentingan, pemuda bergerak berdasarkan cita-cita dan tekad, bukan bergerak karena buaian jabatan dan pangkat. Asas tersebut berupa pancasila , etika adalah norma-norma yang berkembang di masyarakat, dan hukum sebagai konsekuensi yang harus ditaati oleh seluruh lapisan masyarakat dan harus ditegakkan sebagai negara hukum. 

     Pemuda sebagai dominan class, yaitu golongan dengan supremasi dalam mewujudkan perubahan struktur sosial. Sebagai golongan yang menjadi bagian dari bonus demografi Indonesia menyongsong era kedepan. Golongan yang memiliki kekuatan besar untuk menciptakan perubahan bagi bangsa. Golongan yang memiliki segala daya yang ada, baik daya pemikiran, daya juang, daya jelajah, dan daya pencetus dobrakan baru. Pemuda harus selalu menjadi salah satu main actor terhadap segala fenomena yang ada, menjadi control of balance ketika ditemui kekalutan sistem sosial. Aktif dalam pemenuhan penyadaran masyarakat secara luas agar terciptanya pemikiran rasional untuk sama-sama saling menjaga dan saling mengayomi, bukan untuk memunculkan konflik kepentingan yang berlarut-larut apalagi melanggengkannya. Tidak seharusnya diam tanpa ada rencana, menjadikan ruang berfikir sebagai sarana penemuan inovasi dan setidaknya mengetahui seluruh seluk beluk terkini. Semoga kita selalu diberikan kesempatan untuk belajar tanpa berusaha meninggi, karena padi tidak akan meininggi ketika dia sudah berisi…..wish you victrory !!  

Post a Comment

0 Comments