KEMAJUAN PERKEMBANGAN DIGITAL, NAMUN DEGRADASI MORAL?

 

KEMAJUAN PERKEMBANGAN DIGITAL, NAMUN DEGRADASI MORAL?

Rizky Ahmad Fahrezi

source gambar : duta-training.com


source gambar : kompasiana.com

Perkembangan digital merupakan hal pasti yang tidak bisa terhindarkan. Pertumbuhan dan perkembangan era digital ditandai dengan adanya internet, perangkat, platform, dan kecerdasan digital yang semakin canggih dan semakin mendominasi kebutuhan masyarakat luas. Masyarakat secara cepat menggunakan kemajuan teknologi digital untuk melengkapi dan memenuhi kebutuhan rutinitas sehari-hari. Tidak hanya itu, masyarakat bahkan cenderung menjadikan perangkat dan media digital sebagai konsumsi pokok yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2022 persentase penduduk Indonesia yang telah menggunakan ponsel atau handphone sebanyak 67, 88 %, yang artinya sudah lebih dari setengah jumlah penduduk Indonesia. Dilansir dari situs DataIndonesia.id, menurut laporan We Are Social, pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 191 juta orang pada awal tahun 2022. Dari gambaran data tersebut, sangat nyata bahwa kemajuan teknologi sangat menjamur dan mendominasi seluruh aktivitas masyarakat dalam segala aspek dan bidang.

Dewasa ini, penggunaan teknologi digital semakin meningkat dari tahun-ketahun. Pengguna internet dan perangkat digital didominasi oleh khalayak muda atau generasi z. Berdasarkan survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2019-2020, penetrasi pengguna internet di Indonesia didominasi oleh kelompok usia 15 – 19 tahun (91 persen), disusul oleh kelompok usia 20-24 tahun (88,5 persen). Berdasarkan data tersebut, artinya generasi z dan milenial mendominasi penggunaan internet. Sementara tujuan dari penggunaan internet di Indonesia yakni untuk membuka sosial media (51,5 persen) dan bekomunikasi (32,9 persen). Media digital menjadi fokus utama khalayak masyarakat saat mengakses perangkat digital, media tersebut seakan menjadi kebutuhan primer masyarakat dalam menemukan berbagai keperluan, seperti sumber informasi, sarana ekspresi, dan masih banyak lagi. Generasi muda menjadi konsumen utama media digital tersebut, sudah tidak heran bahwa anak muda membutuhkan media digital atau media sosial sebagai wadah utama mengekspresikan diri dan mencari kebutuhan informasi. Namun, apakah penggunaan teknologi digital tersebut selalu memberi manfaat kepada masyarakat? Apakah kemajuan teknologi digital tersebut diiringi juga dengan kemajuan nilai dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) masyarakat Indonesia?

Besarnya konsumsi media digital tersebut layak untuk selalu mendapat perhatian khusus, tidak semua portal media berisi informasi atau konten yang mendidik dan mencerdaskan, saat ini banyak sekali informasi yang disuguhkan mengandung sara, ujaran kebencian, ujaran konservatif atau ekstrimis, pornofrafi, kaderisasi faham menyimpang, hingga pencucian otak. Belum lagi dampak kecanduan terhadap banyaknya platform teknologi digital yang tersedia saat ini, hal yang seharusnya menjadi perhatian ekstra justru sering disepelakan. Akibat kecenderungan berlebih (kecanduan) terhadap platform digital tersebut, generasi masa kini seakan tida peduli terhadap keadaan sekitar, mereka cenderung mengarus pada kemajuan teknologi sehingga menyebabkan terdegradasinya beragam aspek seperti kecerdasan intelektual, kecerdasan sosial, etika, dan moral.

Kekhawatiran dari menjamurnya beragam platform media dan kecanggihan hiburan digital masa kini terjadi karena tidak terkontrolnya aksesibilitas masyarakat dalam penggunaannya, masyarakat terkhusus generasi muda yang tidak terkontrol akan cenderung menjadi budak dari teknologi digital, dimana mereka akan terlalu mudah terbuai oleh beragam fasilitas digital yang tersuguhkan, hal ini akan mendegradasi beragam aspek seperti produktivitas, kemampuan memahami kondisi sosial, kecerdasan intelektual, hingga moralitas. Kali ini pembahasan ditujukan mengenai moralitas yang mengalami kemerosotan akibat kemajuan teknologi digital. Apakah dibenarkan bahwa moralitas generasi masa kini cenderung mengalami degradasi akibat kecenderungan lebih terhadap penggunaan media digital?

Generasi masa kini tentu tidak dapat dipisahkan dari penggunaan perangkat dan platform digital. Seperti pembahasan diawal, bahwa generasi muda mendominasi penggunaan Hp dan media sosial, sehingga dapat dipastikan media digital yang tersedia saat ini akan sangat berpengaruh kepada pembentukan karakter dan kecerdasan generasi muda masa kini.

Tidak sedikit generasi muda yang terjerumus kepada perilaku menyimpang seperti penipuan, penyalahgunaan penyebaran informasi, mengunduh situs-situs porno, penyebaran ujaran kebencian, menyulut perkelahian dan perilaku lain yang dapat menyebabkan penurunan moralitas bangsa. Bangsa yang unggul tentu saja dipengaruhi oleh kualitas etika serta moral masyarakatnya, terutama kaum remaja sebagai generasi muda penerus bangsa. Menurut KBBI, etika adalah ilmu mengenai sesuatu yang baik dan buruk serta mengenai hak dan kewajiban moral (akhlak).

Bicara mengenai degradasi moral, degradasi sendiri memiliki arti kemunduran atau kemerosotan, degradasi moral berarti kemerosotan arti nilai dan norma manusia karena berbagai pengaruh. Menurut Amanda Syafa, degradasi moral merupakan penurunan tingkah laku seseorang. Salah satu penyebab terjadinya degradasi moral dilansir dari situs pinhome.id adalah karena perkembangan zaman, dimana budaya modern yang perlahan-lahan mengikis nilai-nilai tradisi dan kebiasaan yang diterapkan sejak dahulu. Mari kita lihat beberapa fenomena tabu masa kini yang sudah mulai dianggap lumrah, seperti halnya budaya mencoret seragam pasca kelulusan, banyaknya kasus hamil diluar nikah, pembulian, tawuran remaja, maraknya peredaran narkotika dan masih banyak lagi. Beragam fenomena tersebut tentunya sudah sangat melenceng dari nilai luhur dan adab masyarakat yang selama ini dipertahankan, bahkan seakan fenomena-fenomena tersebut sudah mulai dianggap wajar. Degradasi moral menyebabkan tidak bisa dibedakannya lagi antara kebaikan dan keburukan.

Perkembangan zaman yang semakin maju tentunya memberikan dampak positif maupun negatif. Semakin maju peradaban maka semakin banyak kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan, begitupun portal-portal aksesibilitas dalam berbagai bidang sudah bersifat sangat terbuka tanpa ada batasan. Dengan keterbukaan tersebut justru menyebabkan beragam paradigma dan pola pikir baru akan mudah menjamur kepada semua kalangan masyarakat, masyarakat yang tidak pandai filtering akan sangat mudah terjerumus kepada faham yang mengakibatkan kemerosotan nilai dan moral budaya bangsa. Apalagi jika keterbukaan berlebih tersebut menyasar pada generasi muda, akan sangat riskan apabila anak muda tidak dibekali dengan pola fikir kritis, faham kebangsaan, faham keagamaan, dan karakter yang kuat. Generasi muda adaalah golongan yang sangat mudah mengarus dalam segala situasi dan kondisi, ibarat kertas putih yang akan selalu menerima berbagi coretan di permukaannya, yang jadi masalah adalah jika coretan tersebut justru mengakibatkan kertas tersebut tidak bernilai!

            Perkembangan zaman mendatangkan perubahan dalam banyak hal, termasuk perubahan teknologi digital yang sangat cepat dan pesat, dengan perkembangan teknologi digital memudahkan segala bentuk akses komunikasi dan informasi. Pekembangan teknologi digital mempengaruhi cara berpikir masyarakat dan mempengaruhi interaksi sosial mereka. Perubahan ini akan berdampak besar bagi generasi muda khususnya, apalagi masa muda adalah masa transisi yang sedang mencari jati diri. Tanpa adanya bimbingan, dan pengawasan dari berbagai pihak ataupun orang-orang terdekat, teknologi digital dapat dimanfaatkan untuk melakukan perbuatan yang negatif, yang melanggar nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Kehadiran teknologi menciptakan system baru  yang akan memunculkan beragam  konsekuensi kepada system lain, mau tidak mau system lain harus menyesuaikan atau bertahan terhadap kemunculan system baru tersebut (teknologi). Jika system lama memiliki fondasi yang lebih kuat maka kedepannya adalah tahap penyesuaian dan penyelarasan antara budaya baru dan budaya lama yang tentunya mengalami tahap filterisasi terlebih dahulua. Tapi ketika system baru lebih kuat dan dominan, maka system lama perlahan akan terdegradasi bahkan hilang sama sekali, itulah yang dikawatirkan akan dialami oleh nilai luhur bangsa yang perlahan dieliminir oleh budaya modern yang cenderung negatif, dan itu sudah terjadi!

            Masa muda adalah masa yang amat kritis, masa yang mungkin dapat menjadi the best of time and the worst of time. Masa muda menjadi titik pijakan awal manusia dalam menemukan jati diri, ketika generasi muda salah mengartikan dan menyikapi dirinya sendiri sebagai wujud dari manifestasi elemen yang harus diperjuangkan nasib dan martabat masa depannya, maka akan sangat dikhawatirkan keterbukaan dunia yang mengiringi justru akan menjadikan dirinya terjerumus dan salah positioning. Krisis identitas menjadikan generasi muda mudah terbelalak oleh beragam input yang disuguhkan oleh keterbukaan zaman ini, generasi muda sangat mudah mengamini berbagai portal informasi yang kemudian mereka terapkan sebagai paradigm berfikir dan bertindak dalam kehidupan, yang menjadi masalah adalah ketika pedoman berfikir tersebut justru mendegradasi norma dan karakter luhur yang sudah diajarkan sebagai bentuk norma kesopanan masyarakat, apalagi pedoman berfikir tersebut telah mengilhami berbagai bentuk tindakan kekerasan, kriminal, kenakalan, bahkan penyebaran faham terorisme. Hal ini tentunya menjadikan masa muda adalah masa yang sangat riskan, perlu perhatian dan pendekatan secara intens oleh berbagai unsur masyarakat seperti keluarga, lembaga pendidikan, keagamaan dan lingkungan yang mendukung pendidikan moral.   

            Disebutkan bahwa generasi muda menjadi objek riskan bagi segala bentuk penyelewengan yang menyangkut moral bangsa. Perasaan ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua sekaligus kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tuanya, menyebabkan generasi muda cenderung menola segala bentuk aturan dan lebih mengedepankan sisi kebebasan diri dalam berekspresi. Perasaan ambivalensi ini bisa sangat membahayakan jika anak muda terpengaruh pergaulan orang dewasa atau remaja yang diang-gapnya lebih dewasa daripadanya yang mempunyai kecenderungan nakal, perasaan seperti ini juga sangat mudah tumbuh akibat kesalahan konsumsi informasi yang di dapat dari penjelajahan anak muda itu sendiri, pemutaran makna yang di dapat dari keterbukaan media kemudian ditafsirkan menjadi landasan bertindak yang akhirnya anak cenderung menjadi understanding lone wolf dengan menyingkirkan berbagai ckontrol sosial yang mengekangnya. Konsep moralitas kesopanan semakin menjadi longgar karena terpengaruh budaya barat akibat dari mudahnya mencari informasi melalui ICT.  Budaya global menawarkan kenikmatan semu melalui 3 F: food, fashion dan fun.

            Lalu bagaimana seharusnya generasi muda mengambil sikap dalam menanggapi fenomena ini? Bagaimana seharusnya media digital dapat digunakan sebagai sarana pendukung yang semakin meningkatkan kualitas dan produktivitas generasi muda?

            Untuk menyikapi kondisi tersebut, generasi muda harus faham bahwa masanya adalah masa golden age apabila kesadaran akan situasi, kondisi, fungsi, dan peluang masa kini sangatlah banyak jika generasi muda mau mengambil peran dalam memajukan peradaban, generasi muda sebagai sadar bahwa merekalah penentu nasib bangsa kedepannya, bangsa yang menaruh harapan pada setiap pundak dan tangan terkepal generasi mudanya.

                Generasi muda perlu menyadari bahwa dalam arus perkembangan teknologi masa kini, banyak sekali ruang yang  harus diisi dan dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh khalayak muda, dari pada sekedar menggunakannya sebagai serana hiburan yang menghabiskan waktu alangkah baiknya memulai untuk menciptakan produktivitas diri melalui kemudahan dan kecepatan yang disuguhkan teknologi masa kini. Generasi muda perlu menyadari bahwa :

1.      Teknologi menjanjikan kemajuan.

Teknologi adalah simbol kemajuan. Siapa saja yang mampu mengakses teknologi, maka ia akan mengalami sedikit atau banyak kemajuan dalam bentuk apa pun. Seorang anak muda tidak akan ketinggalan informasi mana kala ia menggenggam sebuah teknologi.

2.      Teknologi menjanjikan kemudahan.

Teknologi memang diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi individu, contohnya kaum  muda, ketika mereka membutuhkan sebuah informasi, mereka cukup mencarinya lewat google search atau alamat website yang lainnya. Apalagi saat ini fasilitas internet dapat ditemukan di handphone. Dengan kemudahan akses tersebut, generasi muda diharap mampu menyaring dan menerapkan informasi yang menunjang kompetensi dan kualitas diri, terlebih lagi apabila generasi muda ikut andil dalam penyebaran narasi edukatif dan inspiratif untuk dikonsumsi khalayak luas sebagai sarana pengetahuan dan pembelajaran. Dengan semakin banyak narasi positif tergaungkan dalam segala bentuk portal media digital, maka sangat besar kemungkinan untuk merubah orientasi pemikiran masyarakat luas untuk lebih menekankan pencarian portal edukasi dan memendam segala faham buruk yang dikhawatirkan akan mendegradasi kehormatan dan moralitas bangsa.

3.      Teknologi menjanjikan peningkatan produktivitas.

Perusahaan besar banyak memanfaatkan teknologi untuk alasan efisiensi dan peningkatan produktivitas daripada harus mempekerjakan tenaga kerja manusia yang memakan banyak anggaran untuk menggaji mereka. Teknologi juga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan denga berlipat ganda. Teknologi juga dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol untuk mengevaluasi kinerja seseorang. Seseorang yang faham akan system dan paradigm digital akan mampu mengiringi kebutuhan pasar industri masa kini dimana kegiatan yang berhubungan dengan business, finance, dan industry  telah beralih pada system digital dengan istilah digital marketing. Generasi muda tentunya tak boleh tinggal diam, dengan berusaha memahami dan ikut andil dala system baru tersebut sebagai lahan produktivitas.

4.      Teknologi menjanjikan kecepatan.

Berbagai pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat manakala kita memanfaatkan teknologi. Keberadaan komputer akan membantu pelajar mempercepat menyelesaikan tugas belajar mereka. Generasi muda perlu memahami arti kecepatan yang ditawarkan oleh teknologi masa kini, kecepatan yang dimaksud adalah pemanfaatan teknologi sebagai abdi tuan untuk menunjang kinerja diri dalam mengeksekusi berbagai pekerjaan. Penggunaan kecepatan yang ditawarkan ini tentunya akan memudahkan generasi muda untuk menjadikan segala kegiatan dengan lebih efisien waktu,

5.      Teknologi menjanjikan popularitas

Inilah poin yang sederhana namun paling penting untuk dibahaskan kepada generasi muda masa kini. Diketahui bahwa generasi muda sangat terobsesi untuk mengekspresikan dirinya se-hype mungkin untuk menarik banyak perhatian dari orang lain. Dengan kata lain generasi masa kini sangat menginginkan popularitas dengan berbagai media sosial yang ada, bahkan segala cara akan dilakukan demi mencapai eksistensi popularitas tersebut. Namun, perlu digaris bawahi bahwa popularits bukanlah hal yang buruk, apabila generasi muda mampu bijaksana dalam menunjukkan eksistensi diri, dengan membatasi privasi dan tidak senonoh menjual eksistensi diri kearah keburukan dan ujaran negati. Justru popularitas menjadi salah satu adet penting dalam zaman modern ini, popularitas menjadi pintu awal bagi seseorang tidak hanya untuk menunjukkan ekspresi diri tapi juga sebagai lahan basah dalam menancapkan berbagai investasi dan produktivitas yang nantinya bisa menghasilkan profit tertentu. Inilah pemanfaatan popularitas secara bijak, yaitu dengan menjadikannya sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas diri dan sekaligus menjadi lahan produktivitas yang dapat menciptakan passive income.

 

            Masyarakat luas juga turut bertanggung jawab dan andil dalam menyikapi mengenai degradasi moral yang terjadi masa kini, perlu ditekankan adana upaya pembentukan dan pembinaan moral dan mental generasi muda, yang dapat dilakukan melalui penyuluhan kesadaran huku, penanaman rasa tanggung jawab sosial, penanaman kesadaran beragama dan penyuluhan tentang sebab-musabab kenakalan generasi muda.  Masyarakat juga perlu memperhatikan system pendidikan yang sedang diterapkan, pendidikan dikelola untuk ditujukan untuk membentuk masyarakat Indonesia baru yang demokratis, pendidikan yang dapat menumbuhkan individu dan masyarakat yang demokratis, pendidikan diarahkan untuk mengembangkan tingkah laku yang menjawab tantangan internal dan global, pendidikan yang mampu mengarahkan lahirnya suatu bangsa Indonesia yang bersatu serta demokratis, pendidikan yang mampu mengembangkan kemampuan berkompetisi di dalam rangka kerjasama, pendidikan yang mampu mengembangkan kebhinekaan menuju kepada terciptanya suatu masyarakat Indonesia yang bersatu di atas kekayaan kebhinekaan masyarakat, pendidikan yang mampu meng-Indonesiakan seluruh masyarakat agar setiap lapisan individu merasa bangga menjadi bangsa Indonesia dan memiliki semangat untuk mempertahankan nilai luhur dan kehormatan bangsa. Pendidikan keagamaan juga perlu digalakkan agar penanaman nilai-nilai spiritual, norma kemanusiaan, dan ajaran kedamaian akan merasuk dan menjadi prinsip kuat kerohanian masyarakat luas terkhusus generasi muda.

Sebuah bahtera (bangsa) yang mengarungi lautan tentunya harus di isi oleh awak kapal yang cerdas, mumpuni dan berkapasitas agar mampu menggapai seberang lautan dengan pulau yang bertumpukan emas, bukannya tandas dan kandas!. Masyarakat harus mampu meningkatkan kualitas dan kompetensi diri untuk selalu siap dalam meghadapi segala macam fenomena yang terjadi akibat perkembangan peradaban. Tak cukup itu, masyakarat terkhusus generasi muda harus selalu mempertahankan moralitas bangsa dengan mampu menyikapi berbagai bentuk belaian kemajuan teknologi dengan bijaksana. Moral yang terdegradasi hanya akan menyebabkan kemunduran  dan kemerosotan nilai-nilai luhur yang tentunya perlahan akan menghancurkan kehormatan bangsa. Inilah bentuk perjuangan dibalik gemuruhnya keestapaan….Wish You Victory !!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Source :

 

Arniati, Ida Ayu Komang. Degradasi Moral di Era Milenial

Ismanro, Budi. Yusuf . Suherman, Asep. 2022. Membangun Kesadaran Moral Dan Etika Dalam Berinteraksi Di Era Digital Pada Remaja Karang Taruna Rw 07 Rempoa, Ciputat Timur. Jurnal Abdi Masyarakat Multi Disiplin. Vol 1 No. 1.

Muthohar, Sofa. 2013. Antisipasi Degradasi Moral di Era Global. Jurnal Pendidikan Islam. (IAIN Walisongo Semarang ). Vol. 7, Nomor 2.

Sakman, Bakhtiar. 2019.  Pendidikan Kewarganegaraan Dan Degradasi Moral Di Era Globalisasi. (FKIP Universitas Palangka Raya. Fakultas Ilmu Sosial, Univeritas Negeri Makassar.) Volume XIV Nomor 1.

.

Post a Comment

0 Comments