Buntut Transformasi Zaman dan Climate Change Terhadap Mental Health Issues

 

Buntut Transformasi Zaman dan Climate Change Terhadap Mental Health Issues

Rizky Ahmad Fahrezi


source gambar : rsj.acehprov.go.id

Masalah Kesehatan mental atau mental health issues merupakan sebuah bahasan yang menarik, prinsipiil, dan relevan dengan kehidupan semua kalangan. Masalah mental sangat dekat dengan kehidupan manusia, mengingat manusia adalah makhluk yang mengalami pertumbuhan atau perkembangan baik fisik, biologis, maupun emosional. Manusia juga merupakan entitas yang selalu berpikir, merasa, dan mewujudkan tindakan terhadap segala sesuatu yang dialami, dan masalah mental akan sangat berpengaruh dalam hal tersebut.

Masalah kesehatan mental adalah keadaan yang mempengaruhi pikiran, perasaan, dan perilaku seseorang, sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, hubungan sosial, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Kondisi ini mencakup berbagai gangguan, seperti depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia, dan lainnya. Sedangkan Kesehatan mental menurut Federasi Kesehatan Mental Dunia menyatakan pengertian kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baik secara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan keadaan orang lain.

Kesehatan mental juga mencakup kesejahteraan emosional dan psikologis yang memungkinan seorang individu melaksanakan aktivitas, pekerjaan, dan kegiatan berpikir dengan baik serta mampu mengatasi tekanan hidup dan melakukan kegiatan produktif yang kontinyu.

Namun, Dewasa ini kesehatan mental sangat rentan terpengaruh oleh beragam stimulus yang menyasar pada kondisi emosional dan psikologis seorang individu. Transformasi zaman yang pesat membawa kehidupan society menjadi lebih kompleks yang penuh tuntutan sehingga kondisi psikologis seseorang akan diuji. Belum lagi, teknologi terkini yang semakin maju baik secara systemic maupun berupa perangkat digital akan sangat berpengaruh pada desain berpikir dan pola emosional masyarakat masa kini.

Masyarakat dengan kerentanan mental tertinggi adalah kalangan usia remaja, remaja masa kini menjadi objek krusial dari perkembangan teknologi, menjadi lini konsumtif terhadap beragam fasilitas teknologi yang ditawarkan di era ini. Apalagi menyangkut teknologi digital komunikasi dan informasi yang menjadi hal gandrung kaula muda masa kini, dimana media sosial sangat menjamur di semua aktivitas kaula muda, ibarat tidak ada anak muda yang tidak mengoperasikan handphone, dan tidak ada pemakai handphone yang tidak bermedia sosial.

Media sosial sangat berpengaruh pada pola pemikiran dan emosional psikologi anak muda masa kini. Media sosial menjadi portal informasi, media komunikasi, media pertemanan, membangun komunitas, media diskusi, sarana ekspresi, bahkan menjadi new living place. Anak muda masa kini sangat memungkinkan untuk ketergantungan dengan media sosial, bahkan interaksi di dalamnya seakan menjadi nyata dan berdampak signifikan pada kehidupannya.

Terlebih anak muda dalam fase emerging adulthood (usia 18-25 tahun) yang masih intens mengembangkan otonomi diri, suka meluapkan ekspresi, mencari jati diri, dan melakukan branding diri tentu sangat menyukai peran media sosial sebagai sarana yang mendukung itu semua. Namun, jika penggunaan media sosial dilakukan secara berlebihan hingga menjadikan orientasi diri semakin eksesif, dapat memungkinkan timbulnya beragam masalah kesehatan mental seperti kecemasan berlebih, depresi, hingga bunuh diri akibat tanggapan yang tidak sesuai harapan dan ciber bullying.

Anak muda juga memiliki suasana hati yang tidak menentu (unstable mood) yang dipengaruhi oleh beragam tanggapan atau komentar orang lain terhadap apa yang ia lakukan. Dalam kondisi tersebut, ketika anak muda tidak memiliki self awareness yang cukup baik bahkan cenderung dramatis maka mereka akan rentan untuk memakan segala asumsi dalam media sosial yang menyinggung dirinya, ketika dikagumi akan mudah meninggi, dan ketika dikritik akan mudah emosi atau cemas.

Belum lagi ketika media sosial membangun sebuah life style dan role baru dalam segala bentuk kecenderungan baik dalam hal fashion maupun aktivitas, disitu memungkinkan dampak orientasi berlebih untuk mengejar tren dan takut akan ketertinggalan (fear of missing out). Hal demikian dapat menciptakan tuntutan baru yang semakin bertambah, ketika seorang individu tidak mampu mengejarnya maka dimungkinkan akan mengalami depresi.

Pada intinya media sosial menciptakan orientasi hidup baru yang tidak sedikit menimbulkan mindset untuk saling berkompetisi dalam mengejar orientasi tersebut. Media sosial memberikan keterbukaan komunikasi yang seringkali menjadi ajang membandingkan diri dengan orang lain, ajang mengejar eksistensi diri (citra diri), ajang mengejar gaya hidup, bahkan ajang konflik. Hal ini dapat mengakibatkan kekhawatiran berlebih (cemas), depresi atau stress, ketidak stabilan emosi bahkan berujunag pada self harm (menyakiti diri sendiri), menyakiti orang lain (tindak kekerasan), dan bunuh diri.

Media sosial juga menjadi sarana informasi yang sangat rentan akan disinformasi, hoax, propaganda dan doktrinisasi buruk. Hal itu disebabkan karena keterbukaan akses informasi yang tanpa dibatasi. Informasi berlalu-lalang muncul tanpa henti dan tidak semua informasi itu baik untuk dikonsumsi oleh masyarakat masa kini. Masyarakat masa kini khususnya anak muda, sangat rentan untuk terlalu mudah mengamini informasi yang didapat tanpa menganalisa dan menyaringnya terlebih dahulu.

Hal tersebut dapat menciptakan pemahaman permukaan yang menjadi cikal bakal pemikiran ekslusif, egois, truth claim, ekstrim, konservatif, bahkan radikal. Tentunya kesemua itu juga berhubungan dengan emosional dan psikologi seorang individu mengingat kemampuan literasi dan stabilitas emosional yang minim menjadi salah satu penyebabnya.

Selain transformasi zaman pada sektor teknologi digital, kesehatan mental juga dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim (climate change). Topik ini sekiranya masih jarang untuk dibahaskan secara nonformal oleh masyarakat kita. Namun perubahan iklim benar-benar secara nyata dapat memberikan pengaruh kepada masalah kesehatan mental.

Perubahan iklim merupakan perubahan yang signifikan terhadap iklim dalam rentang waktu puluhan sampai ratusan tahun. Perubahan iklim dapat berdampak kepada kesehatancmanusia baik Kesehatan fisik dmaupaun Kesehatan mental.

Perubahan iklim memberikan dampak lebih secara massif kepada suatu populasi dalam lingkup wilayah atau lingkup iklim tertentu. Perubahan iklim secara langsung mampu memberikan dampak psikologis seperti kecemasan, depresi, dan syok atau trauma akibat cuaca ekstrem seperti kekeringan, cuaca dingin, curah hujan tinggi, hingga bencana alam. Secara tidak langung perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan mental misalnya, peningkatan suhu global dan polusi udara dapat mengganggu rutinitas harian, menyebabkan stres tambahan, dan memperburuk kondisi mental.

Seperti dalam kasus dampak peningkatan suhu panas secara signifikan, suhu panas dapat menimbulkan berbagai dampak pada manusia, antara lain mempengaruhi kualitas tidur, mempengaruhi kesehatan fisik, fungsi kognitif terganggu, emosi menjadi tidak stabil yang akhirnya memungkinkan berdampak pada kesehatan mental yang lebih kronis.

Terdapat juga kasus perubahan iklim (terhadap daerah rawan bencana) yang dapat menyebabkan sebuah populasi harus bermigrasi ketempat lain untuk mendapatkan ekosistem hidup yang lebih layak. Hal ini akan mengakibatkan masalah mental baru bagi masyarakat migrasi dengan tuntutan harus beradaptasi terhadap lingkungan baru. Daerah pasca bencana alam akibat perubahan iklim, tentu juga dapat memberikan efek traumatis dan paranoid bagi masyarakat, khususnya anak usia dini dan usia muda yang memiliki kerentanan psikologis dan emosional.

Fenomena kecemasan berlebih terkait lingkungan juga semakin umum, terutama di kalangan generasi muda yang merasa khawatir terhadap kualitas lingkungan hidup dan Kesehatan bumi ini. Kekhawatiran ini dapat mempengaruhi kualitas hidup, dan kesejahteraan psikologis mereka.

Untuk mengatasi beragam masalah kedehatan mental baik akibat transformasi teknologi digital maupun peruahan iklim, tentunya seluruh elemen baik pemerintah maupun masyarakat khususnya generasi muda harus proaktif memunculkan solusi yang responsive dan tanggap.

Terkait perkembangan teknologi khususnya teknologi digital seperti media sosial, masyarakat harus pandai-pandai memilah dan menentukan keputusan dalam menyikapi beragam lajur pemikiran dan opini yang terbangun dari media sosial. Hal itu diawali dengan peningkatan kemampuan literasi, manajemen emosional, dan penentuan sikap kebijaksanaan dalam menggunakan kemajuan teknologi. Kemudian pada akhirnya muncullah antusias dalam hal yang lebih produktif, bijaksana, dan tenggang rasa dalam menjalankan beragam aktivitas komunikasi dan interaksi di tengah kemajuan teknologi.  

Menyelenggarakan beragam kegiatan edukasi yang lebih fasilitatif terhadap perbincangan masalah Kesehatan mental dengan sasaran masyarakat luas khususnya generasi muda masa kini sebagai tonggak penerus peradaban. Hal ini juga menjadi tanggung jawab lebih bagi pemerintah setempat untuk menyediakan progam edukatif tersebut dan menyelenggarakan progam pelayanan kesehatan lain seperti obat, jasa, akses kesehatan dan fasilitas Kesehatan. Pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan terhadap kesejahteraan hak asasi manusia, dimana salah satu hak asasi manusia adalah sehat. Masyarakat berhak untuk mendapat penanganan Kesehatan baik Kesehatan fisik maupun mental.

Untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan mental, penting bagi individu, komunitas, dan pemerintah untuk meningkatkan kesadaran, menyediakan dukungan psikologis, penguatan sistem Kesehatan, kolaborasi lintas sektor dan mengambil tindakan proaktif dalam mitigasi serta adaptasi terhadap perubahan iklim.

 


REFERENSI

Ernyasih dkk. 2023. “Analisis Perubahan Iklim dan Kesehatan Mental pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta”. Environmental Occupational Health and Safety Journal. Jakarta: Universitas Muhammadiyah.Vol.3 No.2. ISSN : 2745-3863.

Rahmawaty, Fetty dkk. 2022. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Pada Remaja”. Jurnal Surya Medika (JSM). Vol 8 No 3.

Post a Comment

0 Comments