PERSISTENCE : PISAU TAJAM SAYAT EVENT KEGAGALAN
Rizky Ahmad Fahrezi
Source gambar : www.thehappinessdoctor.com
Proses menjadi asas dasar begi
suatu entitas untuk menggapai tujuan. Menurut JS Badudu dan Sutan M Zain proses
adalah alur suatu peristiwa dari awal sampai akhir atau masih berjalan melalui
tindakan, kerja dan tindakan. Dengan itu, proses adalah perjalanan dengan
iringan usaha dan perjuangan untuk menuju keberhasilan.
Suatu dinamika proses selalu
beriringan dengan semarak aksesori masalah yang bermacam-macam, proses tidak
bisa dikatakan untuk selalu tokcer dan mulus, ada kalanya koridor mendapati terbelok,
berliku, bahkan terjal terjungkal. Proses tidak akan pernah terhindar dari
suatu kegagalan, adakalanya kegagalan adalah syarat tempuh untuk sampai pada keterwujudan
harapan.
Kata gagal menjadi tidak asing
dari perjalanan kehidupan. Kegagalan menjadi manik-manik proses dan perjuangan,
kegagalan menjadi top issues dalam segala bentuk langkah keberhasilan.
Kegagalan merupakan kondisi dimana hasil yang didapat tidak sesuai dengan
harapan yang ditargetkan, sehingga menjadi khawatir adanya jika berujung pada
dampak-dampak lain akibatnya, seperti rasa putus asa, burn out, stess, inkonsistensi
emosional, bahkan kekerasan hingga suicide.
Kegagalan yang mengiringi seorang
individu memiliki tingkat daya dampak psikologi bergantung pada kemampuan penguasaan
mental dan emosional. Pembahasan akan tetap tersasar pada generasi muda masa
kini yang merupakan entitas kompleks jika dikaitkan dengan masalah psikologis
atau kultur era. Generasi muda masa kini sebagai konsumen utama kemajuan signifikan
zaman memiliki kerawanan tersendiri, ditambah lagi mereka memiliki tanggung
jawab besar sebagai pemikul beban nasib peradaban dimasa mendatang.
Generasi masa kini sebagai persona
penantang perkembangan zaman tentu dituntut untuk selalu mengembangkan
keterampilan dan wawasannya, update dan upgrade kemampuan menjadi
dirigen konsistensi yang harus dilakukan. Generasi masa kini diharap menjadi
unsur yang tidak lengah dengan perubahan dan perkembangan zaman khususnya
menyangkut inovasi teknologi. Maka itu, perlulah sebuah karakter tekun dan
konsisten dimiliki yaitu persistence.
Persistence menurut
Sunarya diartikan sebagai karakter kesabaran, keuletan, dan ketekunan dalam
menghadapi berbagai bentuk permasalahan dan kendala. Menurut Natalia, modal
paling berharga yang harus dimiliki oleh seseorang adalah ketekunan dan kegigihannya.
Sifat kegigihan dan ketekunan dapat membuat usaha bertahan dan mampu bersaing
dengan pesaing. Prinsip persistence harus siap dan dapat digunakan kapan
pun waktunya, bahkan di saat sebuah usaha atau pekerjaan sedang mengalami
kemunduran.
Menyangkut kegagalan, generasi
masa kini sebagai populasi dengan masalah emosional yang kompleks, akan menghadapi
ujian berarti ketika berjalan pada ranah usaha atau pekerjaan menuju tujuan
kesejahteraan, dimana dalam perjalanan upayanya pasti menemui kendala bahkan
mengarah pada pinggiran kegagalan. Generasi muda yang mengalami masalah
emosional dinilai cenderung akan mudah pesimis, putus asa, kelelahan tak terobati,
burn out, bahkan stress ketika mendapati kegagalan.
Kondisi kekhawatiran terjadi ketika
berhadap pada kendala dalam upaya, pekerjaan yang sedang under pressure,
dan posisi kegagalan. Dimana kondisi tersebut memberi sebab signifikan seperti
menurunnya ambisi penting, hilangnya kecintaan terhadap pekerjaan, melemahnya
energi atau daya penciptaan ide, hingga hilangnya makna hidup.
Karakter persistence
muncul menjadi sebuah tuntutan dan harapan dalam penghadapan terhadap masalah
kegagalan yang berimbas, serta menjadi rumus konklusi menuju ketercapaian
tujuan dimasa mendatang. Generasi masa kini dapat menerapkan beberapa bentuk
karakter persistence yaitu ketekunan, disiplin, inovatif, tanggung
jawab, dan sabar.
Ketekunan berarti kemampuan
untuk terus menerus bekerja keras dan tidak menyerah pada saat menghadapi
kegagalan atau rintangan. Disiplin bermakna kemampuan untuk
mengikuti rencana kerja dan menjalankan tugas dengan konsisten, walaupun
situasi berubah-ubah. Inovatif adalah kemampuan untuk mencari solusi
baru dan berpikir kreatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Tanggung
jawab adalah kemampuan untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan yang
diambil dan hasil yang diperoleh. Sedangkan sabar adalah wujud dari
sebuah kekuatan hati, sabar berarti kemampuan untuk menahan diri dari tindakan
impulsif dan bertindak secara bijaksana dalam jangka waktu yang lama.
Disamping karakter-karakter yang
telah diuraikan, menurut Robert Nelson berdasarkan pengulasan dari tulisan Og
Mandino tentang bagaimana cara mempertajam persistence yaitu tidak
merasa putus asa ketika mengalami kegagalan atau penolakan, tau pasti akan resiko
dan berani menghadapinya bukan malah menghindar, kekuatan mental untuk
menghidupi diri sendiri, percaya proses membuahkan hadil, berusaha keras melewati
kesuraman, dan memunculkan mindset bahwa kegagalan hanyalah event
yang pasti berlalu.
Menarik dibahas bahwa kegagala
hanyalah sebuah event. Pemaknaan sebagai event bukan berarti
sebuah perayaan sebagaimana definisi pada umumnya, melainkan bermakna bahwa
kegagalan sebagai event terselengggara yang nantinya pasti akan mengalami
masa paripurna. Kegagalan punya masa, artinya fase imbas dari kegagalan akan
terlalui ketika seseorang mampu beranjak bangkit dan melecutkan langkahnya kembali.
Ungkapan bahwa kegagalan hanyalah bagian ornamen dari keberhasilan dimasa
mendatang adalah benar adanya.
Generasi masa kini juga diharap
menjadi figur yang tidak mudah menciptakan perasaan end of everything. Artinya
tidak mudah berprasangka bahwa kegagalan adalah akhir dari segalanya. Generasi
muda tentu memiliki beragam inovasi kreatif guna menyikapi kegagalan seperti
mencari ekosistem positif dari media sosial sebagaimana komunitas atau dukungan
virtual, memanfaatkan dan menciptakan humor dunia maya sebagaimana guyonan meme
atau interaksi senda-gurau.
Bisa juga dengan melakukan siklus
gagal-ulangi, karena terbiasa dengan trial-and-error di dunia digital
(misalnya dalam game atau konten kreatif) generasi masa kini cenderung melihat
kegagalan sebagai langkah dalam proses belajar. Melakukan penyadaran dan manajemen
mental juga menjadi hal yang patut untuk diperhatikan, kegagalan menjadi ujian
terhadap mentalitas namun juga menjadi trigger tersediri bagi generasi
muda untuk lebih memperluas pemikiran kreatif dan meperluas jaringan. Jika
keterputukan menimpa, penemuan other line atau jalan lain menjadi
pemikiran kreatif yang bisa dilakukan, artinya tidak memaksakan diri untuk
mengandalkan satu jalan saja.
Berdasarkan rangkaian pembahasan
diatas disimpulkan bahwa presitence mampu menjadi karakter mujarab yang
perlu ditumbuhkan untuk mengatasi imbas dari kegagalan. Juka bisa diibaratkan
sebagai alat tajam yang digunakan untuk memutuskan siklus imbas dari kegagalan.
REFERENSI :
Mubarak, Indriani Yustin dan Seta Wicaksana. Eran Karakter
Persistent dan Passion Dalam Perkembangan Toko Iaz Bersaudara. Fakultas
Psikologi, Universitas Pancasila.
0 Comments