MINDFULNESS : GENERASI MATANG DENGAN ATENSI TO BE PRESENT

 

MINDFULNESS : GENERASI MATANG DENGAN ATENSI TO BE PRESENT

Rizky Ahmad Fahrezi


Source gambar : norma.org

Setiap manusia memiliki problematika dalam perjalanan kehidupannya, problem yang diciptakan secara sadar maupun tercipta karena ketersinggungan kondisi yang berdampak. Problem atau masalah dapat muncul karena beberapa faktor seperti human error, munculnya sebuah tuntutan, kondisi lingkungan hidup, dinamika society system, kemampuan alat atau sarana, dan ketersediaan regulasi.

Menarik dibahas disini terkait munculnya sebuah tuntutan hidup bagi manusia. Setiap manusia memiliki tuntutan dalam menjalani kehidupannya, baik tuntutan karena keinginan sadar menuju ekspetasi atau standarisasi terentu, maupun tuntutan akibat permintaan dan tanggung jawab yang terpresensi.

Ketika menghadapi tuntutan tersebut, seorang individu menjalani beragam dinamika situasi yang melibatkan fisik dan emosional. Situasi yang tidak sediakala dapat menimbulkan kekhawatiran kesehatan fisik dan mental bahkan menjerumus pada masalah sosial yang lebih kompleks. Kondisi kekhawatiran yang dimaksut adalah kelelahan tubuh dan gangguan kesehatan emosional yang pada akhirnya menjadikan perasaan gelisah, stress, hilang arah, bahkan depresi. Kondisi tersebut dapat muncul akibat munculnya tuntutan yang membebani atau suatu keterhadapan dengan permasalahan yang kritis.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlulah sebuah ketersiapan sikap untuk manjadikan persona diri lebih matang dan elegan dalam menghadapi masalah yang menuntut ataupun tuntutan yang menjadikan masalah. Salah satu sikap yang bisa diterapkan adalah pemberian perhatian penuh terhadap fikiran atau kondisi saat ini, yang kemudian disebut dengan mindfulness.

Mindfulness adalah kondisi fokus terhadap kondisi fikiran saat ini. Menurut Kabat Zinn, mindfulness merupakan sebuah kesadaran diri (Self awareness). Mindfulness merupakan kesadaran yang diciptakan dengan memberikan perhatian sadar secara penuh pada kondisi yang sedang dialami atau dikerjakan (present to activity) secara berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan dengan mengatur perhatian dan energi secara sistematis, sehingga dapat meningkatkan kualitas pengalaman dan juga bisa menyadari kemanusiaan secara penuh.

Mindfullness menjadi salah satu pola pikir yang penting untuk dipelajari dan diterapkan oleh masyarakat luas khususnya generasi masa kini. Generasi yang dapat dimungkinan selalu berhadapan dengan masalah emosional yang klimaks , generasi yang sedang krisis dengan masalah sosial, generasi yang dimungkinkan rawan dengan istilah notok atau stagnan, dan generasi yang dihadapkan dengan ribuan tantangan, tuntutan, serta problematika perkembangan zaman.

Mindfulness dapat termanifestasikan dengan esensi sikap fokus dan tenang terhadap problematika yang dialami. Penerapan mindfulness pada kondisi masalah emosional dapat diterapkan oleh generasi masa kini dengan melatih diri untuk tenang dan fokus, menyelesaikan masalah satu persatu, berdamai dengan diri sendiri, mereduksi rasa cemas, dan menimbang imbas berdasarkan beberapa perspektif sehingga mampu melakukan penyesuaian diri dengan kebutuhan dan memutuskan langkah yang tepat.

Menyangkut krisis interaksi sosial bagi generasi masa kini. Sikap fokus dan ketenangan yang dimiliki dapat memantik beragam konsekuensi positif baik secara personality dalam wujud dan rasa (self inner and existence) maupun secara humanity (kemanusiaan) dan sociality (interaksi sosial). Individu dengan mindfulness akan cenderung memiliki sifat simpati dan empati yang lebih baik terhadap peristiwa yang terjadi pada orang lain sehingga dapat memberikan atensi berupa bantuan yang berguna.

Generasi masa kini sebagai generasi muda yang minim akan pengalaman dan mudah menemukan kesukaran terhadap suatu pekerjaan, dinilai rawan akan rasa bosan, minim loyalitas, dan stagnan. Mindfulness menjadi pola pikir yang memunculkan keuletan dan ketekunan akibat dari fokus atau kesadaran penuh yang diberikan pada suatu bidang pekerjaan. Tidak mudah stess atau putus asa ketika menghadapi masalah yang dating silih berganti.

Pemusatan perhatian pada pikiran atau pekerjaan yang sedang dilakukan, juga dapat meningkatkan ide kreatif dan inovatif seseorang. Mindfulness menghadirkan kembali pikiran akan pengalaman-pengalaman evaluatif sehingga membuat individu memikirkan kembali rencana efektif apa yang dapat dilakukan jika menghadapi permasalahan yang sama, Apakah akan melakukan cara yang sama dalam menyelesaikan masalah atau mencari cara baru yang lebih baik. Hal tersebut menjadi upaya tersendiri dapat proses penemuan ide-ide kreatif dan inovatif individu juga dapat melakukan penerimaan diri dengan cara berusaha berdamai dengan diri sendiri, tidak terus menerus menyalahkan diri sendiri terhadap kesalahan besar yang telah dilakukannya di masa lalu dan berusaha merelakan apa yang sudah terjadi.

Generasi masa kini sebagai persona tertuntut oleh perkembangan zaman perlu untuk menerapkan pola pikir mindfulness dalam sinergitas kemajuan zaman khusunya ranah teknologi. Beragam tuntutan rumit dibebankan kepada generasi masa kini yang terjun menggeluti dunia profesi, teknologi yang semakin maju akan mudah mengeliminir seorang individu yang tidak mampu menjadi tuan teknologi (SDM yang menguasasi) sehingga mindfulness menjadi salah satu pola pikir yang amat penting.

Menghadapi tuntutan tersebut, mindfulness dapat dilakukan dengan fokus penuh pada peningkatan skill dan proses diri untuk senantiasa be present (hadir penuh) pada setiap momentum. Wujud kehadiran atau be present sangat penting untuk menghadapi berbagai kemungkinan pada setiap momen yang dialamai dalam pekerjaan, bentuk be present dilakukan penuh kesadaran baik dari raga maupun rasa. Dengan kemampuan be present seorang individu lebih mampu untuk menimbang langkah efektif (baik perkataan maupun tindakan) dan memperhitungkan beragam perspektif dengan matang sehingga mampu menciptakan keputusan yang paling sempurna.

Menurut Baer, ada lima aspek yang dapat menjelaskan bagaimana penerapan mindfulness dalam menghadapi pengalaman-pengalaman khususnya yang tidak menyenangkan, diantaranya :

Aspek pertama adalah observing, yakni kemampuan memperhatikan situasi atau kondisi yang terjadi pada dirinya.

Aspek kedua adalah describing, yakni kemampuan menjelaskan pengalaman yang sedang dialami atau telah dialami.

Aspek ketiga adalah acting with awareness, yakni kesadaran terhadap konsekuensi pada setiap momen yang dilakukannya.

Aspek keempat adalah nonjudging of inner experience yakni sikap tidak menyalahkan diri sendiri atas segala kegagalan yang dialaminya.

Aspek kelima adalah non-reactivity to inner experience, yakni sikap untuk tidak melampiaskan secara negatif yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain atas kegagalan yang dialaminya.

Berdasarkan pembahasan diatas, berkesimpulan bahwa generasi muda menjadi generasi yang penuh tuntutan dan tanggung jawab akan perjalanan zaman di masa mendatang, sehingga dalam dinamikanya tidak akan lepas dari problematika dan polemik. Dengan itu, kepribadian yang matang akan penyikapan masalah perlu ditumbuhkan. Penyikapan masalah dengan pola pikir mindfulness menjadi salah satu sapek jawabannya agar generasi tidak stagnan atau mengalami masalah mental. Penerapan mindfulness dapat menjadi solusi dalam menjaga kesehatan mental bahkan juga fisik. Dengan penerapan mindfulness, generasi akan lebih mampu untuk fokus terhadap apa yang sedang terjadi pada dirinya sehingga dapat lebih bijak dalam mengontrol perasaan-perasaan negatif yang dirasa kurang nyaman.

 

 

REFERENSI :

Wicaksono, Riza Adi dkk. 2021. “Studi Kepustakaan Penerapan Teori Mindfulness untuk Mereduksi Stres Akademik”. Jurnal Psikoedukasi dan Konseling. Vol 5, No. (2). ISSN 2580-4545.

Post a Comment

0 Comments